Pengkaderan: Menyiapkan Pemimpin Air
Masa Depan
Oleh
Gede H. Cahyana
Pemerhati
PDAM, dosen Teknik Lingkungan Universitas Kebangsaan
“Organisasi yang terus berkembang senantiasa
memiliki kader pada setiap masa dan pengkaderan di setiap tingkat manajemennya.” [Catatan: tidak digunakan kata bentukan
kaderisasi karena sufiks –isasi tidak
ada dalam bahasa Indonesia]
---
Piramid PDAM
Peningkatan (improvement)
dan perbaikan (repair, reparasi) PDAM
dapat dilaksanakan simultan dalam wujud Piramid PDAM. Dasar piramid berupa segiempat
yang sudut-sudutnya menjadi pilar PDAM:
P (Pegawai), D (Desain), A (Area servis), dan M (Manajemen). Lantai dasarnya disusun oleh empat
sektor, yaitu PAM swasta, amik (air minum kemasan), amiku (air
minum kemasan ulang atau dikenal dengan istilah: air isi ulang), dan sektor
kemitraan antara PDAM dan swasta. Lalu empat sisinya mewakili Trilogi AIR, terdiri atas A: Aman (secara kualitas), I :
Isi
(kuantitas, volume), dan R : Rutin
(kontinyuitas, ajeg). Sisi satunya lagi
ialah T: Tarif. Puncaknya adalah K: konsumen atau pelanggan. Adapun
lingkungan terdiri atas pemerintah (pusat-daerah)
dan DPR/DPRD (Cahyana,
G. H, 2004).
Pilar
yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah M (Manajemen) yang menurut kamus bisa
dimaknai sebagai direksi, pemimpin, atau pengelolaan. Pilar keempat ini bisa dikatakan
sebagai pilar pengelolaan, pengaturan atau penatalaksanaan yang bertujuan
mengatur sesuatu (orang dan barang) agar sesuai dengan peraturannya. Aturan
itulah rambu-rambunya agar semua strata pemimpin (manajemen, direksi) tidak
tersesat dalam mengelola perusahaan dan sumber daya insaninya.
Karakteristik Pemimpin
Kepemimpinan ialah mempengaruhi dan
mengarahkan sumber daya manusia agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dalam organisasi (khususnya manajemen). Hubungan antara kepemimpinan dan
manajemen ialah: (1) kepemimpinan
berfokus pada visi misi organisasi untuk peningkatan kualitas organisasi sedangkan
manajemen menjadi pelaksana visi misi; (2) Pemimpin selalu kreatif berimajinasi
untuk memperoleh solusi sedangkan manajemen sebagai pelaksana semua ketetapan
dan peraturan / standar untuk menuju solusi tersebut (Pusbin KPK, Kem. PU,
2013).
Kemampuan mengarahkan, mempengaruhi, kreatif, imajinatif, dan solutif
itu berkaitan dengan karakteristik pemimpin. Pemimpin
sebaiknya sehat fisik, sehat panca indra, sehat psikis, kuat fisik dan psikis
(mental) dan memiliki gestur yang baik. Pemimpin sepatutnya berilmu,
berpendidikan di bidang yang ia pimpin dalam organisasi. Untuk kebutuhan
formal, minimal ia adalah sarjana. Misalnya, ini hanyalah contoh, Direktur
Teknik PDAM layaklah orang yang paham hal-ihwal teknologi air minum. Jabatan
ini sebaiknya (tidak harus) diemban oleh orang yang berlatar Teknik Lingkungan.
Saya pun setuju pada prinsip “serahkan pekerjaan kepada ahlinya, bukan
jurusannya”. Namun demikian, jika dibandingkan dengan jurusan (program studi)
lainnya, alumni Teknik Lingkungan tentu lebih banyak mencicipi asam-garam ilmu
dan teknologi ke-TL-an daripada orang dari jurusan lain. Kompetensi legal
formalnya di situ. Ia mahir di situ.
Apabila
sisi pandangnya adalah nonformal maka tentu semua orang bisa menjadi pejabat dan
tidak terlalu peduli pada latar belakang jurusannya. Asalkan mampu, boleh saja
duduk di jabatan itu. Tetapi yang seperti ini biasanya di jabatan politis. Berpatokan
pada pola pikir ini maka job Direktur
Keuangan pun hendaklah diamanahkan kepada orang yang berlatar studi ekonomi,
manajemen, akuntansi ataupun yang dekat dengan itu. Begitu pula job yang lainnya, di segmen
ilmu masing-masing. Selain itu tentu saja harus berinsting kepemimpinan,
berkemampuan manajerial, dan berjejak-moral (track record) yang bersih (amanah) dan adil kepada semua pejabat
dan stafnya. Danah Zohar dan Ian Marshall menyebutnya the servant-leader, pemimpin pengabdi (Cahyana, G. H, 2007). Ia
mengabdi untuk memajukan institusinya, mengabdi untuk menyiapkan penggantinya
yang jauh lebih baik daripada dirinya, dan mengabdi memberikan layanan kepada
pelanggannya.
Ada
ibarat atau pemisalan bahwa organisasi itu seperti kapal. Pemimpin tertingginya
adalah nakhoda. Dibantu oleh banyak pemimpin di bagian masing-masing agar kapal
bisa berlayar menuju arah yang ditetapkan sebelum berangkat. Arah inilah visi.
Sedangkan muatan berupa orang dan barang adalah misi yang harus berhasil dibawa
ke tujuan. Nakhoda wajib mampu meyakinkan awak kapal dan penumpangnya agar
punya satu tujuan. Jangan sampai terjadi seperti kisah penumpang yang melubangi
kapal (perahu) karena merasa bahwa bagian dia adalah hak dia dan bisa
diperlakukan seenak dirinya. Dalam organisasi tidak boleh seperti ini. Maka,
kalau ada yang seperti ini, pemimpin harus percaya diri dan tegas kepada semua
orang di dalam kapal tersebut. Pemimpin tahu masalah yang dihadapi
organisasinya dan punya opsi solusinya. Dengan ilmu dan pengalamannya ia bisa
memberikan perintah (komando) dan menetapkan arah kapal ke tujuannya berlabuh.
Pendidikan dan Pelatihan
Sumber
ilmu dan pengalaman itu banyak. Pendidikan formal yang bergelar sarjana di
kampus adalah satu di antaranya. Pendidikan untuk memperoleh tambahan ilmu
seperti di PDAM, bisa diperoleh di Diklat Manajemen Air Minum Berbasis
Kompetensi di Perpamsi. Ilmu juga bisa diperoleh di akademi dengan gelar
diploma (ahli madya) atau pelatihan dan jenis-jenis workshop lainnya, baik yang bersertifikat maupun yang tidak.
Pengalaman adalah pelatihan tanpa sertifikat. Oleh sebab itu, semua insan PDAM
yang berkarir mulai dari bawah pasti memiliki pengalaman dan ilmu, misal dari operator
IPAM, dalam waktu dua puluh tahun atau dua puluh lima tahun bisa menjadi
direktur yang fasih dan paham seluk-beluk PDAM. Ini seperti seorang anggota TNI
yang mulai dari pangkat sersan lalu berhasil menjadi brigadir jenderal.
Agar
lebih murah dan mudah, Perpamsi dan PDAM bisa memanfaatkan internet. Hampir
seluruh insan PDAM memiliki ponsel yang bisa mengakses website Perpamsi. Perpamsi bisa melaksanakan pelatihan dengan basis
e-learning atau Pendidikan Jarak
Jauh. Jarak transportasi ke Jakarta dan waktu belajar tidak menjadi kendala
lagi. Aspek teori lebih mudah disebarkan dan dipelajari secara mandiri.
Perpamsi bisa mengajak akademisi untuk menuliskan modul teoretis, modul
praktis, dan modul contoh-contoh soal dan kasus-kasus (case study) di sistem transmisi, produksi, dan distribusi. Termasuk
tutorial perawatan pompa, generator set, instrumentasi dan peralatan instalasi
lainnya. Apalagi untuk masa depan, generasi muda (milenial) saat inilah yang
akan memimpin PDAM di masa depan ketika zaman sudah sangat internet-minded.
Kegiatan
bersamaan yang bisa ditempuh ialah In-house
training. Bisa dipadukan antara e-learning
tersebut dengan In-house training.
Momentum pelatihan yang tatap muka itu digunakan untuk menanyakan semua materi
dalam modul e-learning yang belum
jelas. Tatap muka juga dimanfaatkan sebagai praktik di bengkel atau di
laboratorium atau praktik tatacara perawatan dan perbaikan instrumentasi dan
peralatan instalasinya. Bisa juga dibentuk balai-balai pelatihan di setiap
provinsi untuk mendukung praktikum di dalam setiap modul (e-book) yang ada di website
Perpamsi. Ini tentu jangka panjang. Untuk jangka pendeknya, tiga tahun ke
depan, pelatihan bisa dilaksanakan oleh Perpamsi dan/atau oleh Balai Teknik Air
Minum dan Sanitasi di Bekasi.
Sebagai
penutup, ada pertanyaan, siapakah yang menjadi motor penggerak pengkaderan di
perusahaan daerah? Di perusahaan keluarga tentu saja orang tua atau pendiri
perusahaan yang mengkader anak-anaknya. Di PDAM, siapakah? Logikanya, yang di
atas harus membina yang di bawah. Bukan membinasakan karena dianggap calon
pesaing. Ini tidak boleh terjadi. Tetapi “gesekan” seperti itu memang terjadi
di banyak instansi. Sebaiknya kita mencontoh, meskipun tidak sempurna, pada pola
pengkaderan di TNI. Ada pemimpin di setiap tingkat jabatan. Hanya berbeda satu
tingkat pangkat sudah begitu hormat dan taat pada perintah atasannya. Atasannya
ini pun hormat dan taat kepada yang di atasnya lagi. Sebaliknya, atasan ini
pun, seperti kata Danah Zohar - Ian Marshall, berusaha menjadi pemimpin yang
mengabdi bagi bawahannya. *
---
Daftar
Pustaka
1. Cahyana, G. H. PDAM Bangkrut? Awas Perang Air, Sahara Golden Press, ISBN
979-98596-0-3, 2004.
2. Cahyana, G. H. Spiritual PDAM, Majalah Air Minum, Edisi 147 (Desember), hlm. 48 –
50. ISSN 0126-2785, 2007.
3. Modul Pelatihan Quantity Surveyor, Pusbin KPK Kementerian PU, 2013.