Narasi
Presiden Kartu
Oleh Gede H. Cahyana
Di dompet biasanya ada uang dan kartu. Ada KTP, SIM, BPJS, kartu berobat, kartu sekolah, kartu mahasiswa, kartu TNI, Polri, kartu guru, kartu dosen, dst. Kini,
akan bertambah lagi kartu itu, berkat rencana kerja presiden dan wakil presiden terpilih,
Jokowi – Jusuf Kalla.
Ada banyak kartu yang dijanjikan
sehingga ditafsirkan menjadi kisah perjalanan dalam narasi presiden kartu. Yang
paling sering diperlihatkan adalah kartu pintar dan kartu sehat. Sejumlah
bupati dan walikota sudah memiliki dan sudah menjalankan program beasiswa di
pendidikan dasar dan menengah. Perlukah kartu pintar lagi? Tumpang tindih yang
terjadi, program yang mana yang mesti dilaksanakan oleh pemerintah daerah?
Kalau tidak sejalan dengan program kartu pintar, bagaimana hubungan (komunikasi
politik) antara presiden dan bupati/walikota? Tegang dalam kesepian atau
menjadi memanas?
Lantas, yang kartu sehat, di mana
posisinya terhadap kartu BPJS? Di Jawa Barat saja peserta BPJS sudah 29 juta
dan terus bertambah. Kartu sehat itu untuk siapa? Tumpang tindih? Yang terakhir
dan sedang gonjang-hanjing adalah BBM. Justru BBM inilah yang jauh lebih
penting daripada kartu sehat dan kartu pintar. Masyarakat tidak bisa bergerak
dalam kegiatan sosial, ekonomi, kalau tanpa BBM. Minimal aksesnya menjadi
terbatas. Nelayan apalagi, sebab mereka tidak mungkin menggunakan sampan dan
dayung ke tengah laut. Mereka perlu solar. Truk, traktor, diesel listrik
semuanya perlu BBM. Artinya, yang mendesak sekarang adalah kartu sakti yang disebut
Kartu BBM. Sekali mengeluarkan kartu, maka keluar pulalah BBM. Sim salabim.
Tiada lagi krisis BBM.
Semua masalah di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, maka solusinya adalah kartu dan e seperti e-govt,
e-audit, e-proc, dan kini e-BBM. Mari kita tunggu kartu kartu yang akan
menebalkan dompet kita. Dompet tebal menjadi indikator rakyat makin makmur? Semoga. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar