• L3
  • Email :
  • Search :

25 November 2019

Untuk Mendikbud Bapak Nadiem Makarim: Adab dan Ilmu

Untuk Mendikbud Bapak Nadiem Makarim: Adab dan Ilmu
Oleh Gede H. Cahyana

Perihal kesuksesan Gojek, saya salut. Salam hormat ya Pak. Penggunaan internet, kata para pakar, dalam aktivitas transportasi adalah cara cerdas berbisnis zaman ini. Saya memberikan apresiasi tanpa banyak bicara. Setuju. Tapi yang ingin saya sampaikan kepada Bapak Mendikbud pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2019 ini adalah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Aspek mata pelajaran dan titik fokus pengembangan generasi muda dan aspek kesejahteraan guru.



Belum lama berselang setelah menjadi Mendikbud, ada berita di media massa cetak dan online tentang jumlah dan nama mata pelajaran. Yang akan ada menurut kabar itu ialah pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, pendidikan karakter berbasis agama dan Pancasila. Dengan tetap menghormati ide tersebut, sebaiknya pelajaran agama tetap ada, terpisah dari pelajaran Pancasila. Justru menurut Pancasila, negara RI ini ber-Ketuhanan yang mahaesa. Ditegaskan lagi di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan pasal 29 ayat 1 UUD 1945. Di ayat 2 disebutkan tentang kebebasan beragama yang artinya WNI wajib beragama karena menjadi bagian fundamental dalam bernegara. Agar benar dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing maka perlu pendidikan dan pengajarannya.

Pada Hari Guru Nasional yang ramai tahun ini, mungkin karena ada Mendikbud baru dan likuidasi nomenklatur Pendidikan Tinggi, izinkan saya menyatakan bahwa pendidikan jauh lebih penting daripada pengajaran. Pengajaran, pembelajaran, belajar – mengajar ilmu bahasa, matematika, IPA, IPS, dll lebih mudah daripada pendidikan adab. Ini merujuk ke sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Inilah landasan pendidikan adab dan adab ini lebih penting daripada ilmu dan teknologi. Sila kedua tersebut menyatakan secara eksplisit perihal manusia dan kemanusiaan (human, humanism), adil dan adab. Manusia Indonesia, yaitu generasi muda, penerus zaman mendatang haruslah dididik agar memiliki afeksi adil dan adab. Terang benar dalam sila kedua tersebut bahwa arah pembangunan manusia Indonesia adalah makna luas kata adil dan adab itu. Kementerian Pendidikan memberikan pendidikan adab dan keadilan, serta Kebudayaan yang berisi ilmu, teknologi, dan hikmah (sila keempat Pancasila).

Perihal mata pelajaran tersebut, tentu semuanya penting. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, (termasuk IPA dan IPS) dibutuhkan dalam aktivitas ekonomi. Diperlukan untuk pengembangan ilmu dan teknologi. Berperan dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Saya sepakat. Ibaratnya begini. Dalam pembuatan nasi goreng, maka nasi lebih banyak daripada garam. Nasi ibarat adab, garam ibarat ilmu. Adab jauh lebih banyak dan lebih penting daripada ilmu. Bagi seorang guru, bagi seorang pemimpin di level apapun, di lembaga apapun, adabnya lebih penting daripada ilmunya. Ini tetap berarti bahwa ilmu itu penting. Sangat penting. Tetapi lebih penting lagi adalah adab dan adil, merujuk ke sila kedua dan kelima Pancasila.

Begitu pula tentang kesejahteraan guru. Terlalu banyak berita di media massa cetak dan online tentang kondisi buruk ekonomi para guru di daerah dan pelosok. Apalagi yang masih honorer, bahkan hingga belasan tahun. Inilah saatnya Pak Mendikbud mengayomi guru dengan memperbaiki peraturan yang dirasakan mengekang pengembangan karir guru. Saatnya menaikkan taraf kesejahteraan guru ke tingkat yang tinggi dan layak jika dibandingkan dengan profesi lainnya seperti dosen, dokter, advokat, polisi, jaksa, tentara, dan lain-lain.

Demikian Pak Mendikbud, selamat bekerja. Semoga sukses memajukan pendidikan, pengajaran, pembudayaan, dan peradaban yang beradab bagi warga negara Indonesia, terutama generasi muda kita.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar