• L3
  • Email :
  • Search :

23 Juni 2006

Pak Dudu Cikapundung

Pukul delapan pagi saya sudah sampai di jembatan Siliwangi. Sepintas saya menengok ke bawah. Air Sungai Cikapundung bergolak hebat dan tampak coklat. Keruh sekali. Beberapa onggok ranting, kayu dan dedaunan tersangkut di pinggir bangunan sadap milik PDAM Kota Bandung. Mendung menggayut. Sisa-sisa awan hujan semalam tampak kelam. Di utara kota, Gunung Tangkubanparahu seperti lenyap. Dingin mendesir-desir kulit. Sambil mengibas-ngibaskan tangan, saya menuju saung di tepi utara jalan Siliwangi. Di sana Pak Dudu sudah menanti.

"Sudah datang, Den?" sapanya ramah, bangkit dari kursi kayunya.

"Baru saja, Pak." Saya dipersilakan duduk di kursi satunya lagi. Sekejap kemudian, Bu Maman, istri Pak Dudu, datang membawa gorengan. Saya ditawari minum tapi dengan halus saya tolak. Bukan apa-apa, saya hanya ingin cepat-cepat ke sungai dan cepat selesai.

Selanjutnya di sini.


Gede H. Cahyana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar