Artikel ini dimuat di PR, 31 Oktober 2006.
Lebaran atau Idulfitri betul-betul mampu mengerahkan orang-orang Islam untuk bergerak mudik, mengunjungi kampung kelahirannya, bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Semua modus angkutan, baik pribadi seperti motor dan mobil maupun umum seperti bis, kereta api, pesawat, dan kapal, disesaki penumpang. Tak hanya oleh orang tua, tetapi juga oleh anak-anak dan balita. "Ritual" tahunan itu selalu saja dinanti-nanti dan disambut gembira. Salah satu bentuk kegembiraan itu adalah pembuatan ketupat dan opor ayam.
Dari rumah ke rumah, terutama di kota-kota besar, dan tentu saja bagi kalangan mampu yang memiliki uang, ketupat dan opor, juga masakan lainnya pasti menghiasi meja makan. Bahkan pada malam takbiran pun sudah banyak yang menikmatinya. Esoknya, seusai shalat Idulfitri, setelah maaf-maafan dan sungkem-sungkeman, hidangan khas lebaran itu pun diserbu lagi. Kini dimakan bersama-sama, secara prasmanan dan duduk...
Selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar