Ranah 3 Warna Sequel Negeri 5 Menara
Oleh Gede H.
Cahyana
Tahun 2020 nanti bakal heboh lagi. Setelah Negeri 5
Menara, berikutnya adalah Ranah 3 Warna. Novel ini difilmkan dengan sutradara
Guntur Soeharjanto. Lokasi shooting di Karawang, Bandung, Maninjau, dan Eropa.
Banyak hal menarik terkandung di dalam R3W, mulai dari nama tempat, bahasa asing dan daerah, tatakutip yang berkaidah tatatulis ilmiah, hingga isi yang menjadi benang merah novel. Kali ini saya hendak berbagi tentang bagian akhir R3W yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.
Banyak hal menarik terkandung di dalam R3W, mulai dari nama tempat, bahasa asing dan daerah, tatakutip yang berkaidah tatatulis ilmiah, hingga isi yang menjadi benang merah novel. Kali ini saya hendak berbagi tentang bagian akhir R3W yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.
Di halaman 467
novel ini ada kutipan bernas. Berasal dari tulisan tangan Kiai Rais di Pondok
Madani, lembaran fotokopian itu menggaet pikiran dan tangan saya sehingga
muncullah “catatan” ini. Tulisan Kiai Rais bagai pelita di atas batu hitam,
pada temaram gulita malam. Untaian katanya yang kaya makna bak ragam warna dan
kurva liukan Aurora borealis. Kebeningannya laksana kristal guguran gunung
Larsen Ice yang pecah di Antartika dan tulisannya yang melegenda itu tak lekang
oleh waktu bagai Titanic yang seolah-olah legenda, padahal fakta.
Link Negeri 5 Menara
---------
Anak-anakku...
Akan tiba masa
ketika kalian dihadang badai dalam hidup. Bisa badai di luar diri kalian, bisa
badai di dalam diri kalian. Hadapilah dengan tabah dan sabar, jangan lari.
Badai pasti akan berlalu.
Anak-anakku...
Badai paling
dahsyat dalam sejarah manusia adalah badai jiwa, badai rohani, badai hati.
Inilah badai dalam perjalanan menemukan dirinya yang sejati. Inilah badai yang
bisa membongkar dan mengempaskan iman, logika, kepercayaan diri, dan tujuan
hidup. Akibat badai ini bisa lebih hebat dari(pada) badai ragawi. Menangilah
badai rohani dengan iman dan sabar, kalian akan menjinakkan dunia akhirat.
Anak-anakku...
Bila badai
datang, hadapi dengan iman dan sabar. Laut tenang ada untuk dinikmati dan
disyukuri. Sebaliknya laut badai ada untuk ditaklukkan, bukan ditangisi.
Bukankah karakter pelaut andal ditatah oleh badai yang silih berganti ketika
melintas lautan tak bertepi?
Hidup ini
dimozaiki oleh aneka ragam kepingan pazel badai dengan menimba ilmu dari ranah
kognitif di beragam jenis ilmu (al ‘ilm), sains (empirical science), pengetahuan
(knowledge), dan teknologi. Ada yang berhasil menyusunnya menjadi ornamen indah
setelah menapaki jejak panjang ranah psikomotorik man jadda wajada, tetapi ada
juga yang kandas kemudian karam seperti Titanic karena gagal dalam ranah afektif
man shabara zhafira.
---------------
Di halaman 468
ada tulisan penutup yang layak diserap maknanya. Ditulis di puncak
Saint-Raymond, AF: pengarang novel ini, menulis tentang peran signifikan sabar
yang ia alami mulai dari Bandung, Amman, hingga Saint-Raymond kemudian diramu
dengan usaha dan doa sehingga menjadi adonan yang lengkap: usaha,
sabar, doa (USD). (Ada juga akronim yang seide dengan USD
(US Dollar), yaitu DUIT: Do’a, Usaha, Ikhtiar,
Tawakal.
Di dalam lembaran diary-nya yang bersampul kulit hitam, AF menulis begini: "Hidupku
selama ini membuat aku insaf untuk menjinakkan badai hidup, “mantra” man jadda
wajada saja ternyata tidak cukup sakti. Antara sungguh-sungguh dan sukses itu
tidak bersebelahan, tapi ada jarak. Jarak ini bisa hanya satu sentimeter, tapi
bisa juga ribuan kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi
juga bisa puluhan tahun."
Jarak antara
sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi sabar. Sabar yang aktif, sabar yang
gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung
yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi
mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal
keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih-lebih.
Bagaimanapun
tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah
digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses
terbuka. Tapi hanya dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan
selalu memilihkan yang terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadiah Tuhan
buat hati yang kukuh dan sabar.
Sabar itu
awalnya terasa pahit, tetapi akhirnya lebih manis daripada madu. Dan
alhamdulillah, aku sudah mereguk madu itu. Man shabara zhafira. Siapa yang
sabar akan beruntung.
AF,
di puncak Saint-Raymond
Tidak ada komentar:
Posting Komentar