• L3
  • Email :
  • Search :

30 Maret 2025

Kabayan Menjadi Ustadz

Kabayan Menjadi Ustadz

Kyai, mubaligh, atau ustadz adalah profesi terhormat, apalagi di Indonesia. Usai ceramah, dakwah, tausiah senantiasa diberi “berkat”. Itu sebabnya, Kabayan ingin menjadi ustadz demi “berkat” yang dibagikan oleh jamaah. Setelah kursus singkat kepada Kyai Yusuf, lantas Kabayan berceramah atas undangan sejumlah kalangan. Menarik caranya bertutur karena diselipi humor-humor yang “masih di dalam rel normatif Islam”.

“Shaum atau shiyam adalah ibadah untuk Allah. Tapi bukan seperti orang saum yang ketika sahur menghabiskan bergentong-gentong nasi, lauk, sayur, susu, kurma, madu, dll. Juga tidak “balas dendam setelah Magrib..., “ kata Kabayan yang disambut senyum hadirin.

Karena disukai oleh jamaahnya, banyaklah undangan ceramah pada Ramadhan itu. Usai kuliah Shubuh, disambung ceramah Dhuha. Lantas “kultum” di masjid bakda Dhuhur. Bakda Asar mengisi pengajian ibu-ibu dan ceramah Tarawih pada malam hari. Jamaah pun menaruh hormat kepada Kabayan sehingga banyak yang mengirimkan “berkat” berupa nasi, lauk, sayur, beras, ubi, kelapa, cengkaleng, singkong, dll. Ada yang berupa bahan mentah, banyak juga yang sudah dimasak, siap disantap.

Keganjilan kemudian terjadi. Memasuki pekan ketiga Ramadhan, jamaah bertanya-tanya, kenapa Kabayan jarang shalat berjamaah di masjid. Beberapa warga menanyakan hal tersebut kepada Kyai Yusuf. Setelah menenangkan jamaahnya dan meminta mereka mendoakan Kabayan agar diberi kesehatan dan keberkahan, kyai lantas pergi. Kyai khawatir terjadi sesuatu yang “mencelakakan” Kabayan akibat aktivitas dakwahnya.

Benar saja. Kabayan sedang tidur di dipan dengan napas tersengal-sengal. Perutnya buncit. “Duh aduuh kyai, banyak sekali makanan yang dikirim ke sini. Saya takut makanan ini basi dan mubadzir. Jadi semuanya saya makan.”

“Inilah salah satu godaan menjadi ustadz, Kabayan! Melanggar apa yang diceramahkan kepada jamaah. Mereka tidak tahu ustadznya malah kekenyangan karena kalah melawan godaan makanan-minuman lezat. Apalagi dulu merasa sangat susah mendapatkan makanan-minuman selezat itu. Sekarang balas dendam.”

Kabayan terisak-isak, badannya bergetar, perutnya terguncang.  

“Sekarang istirahat saja, tapi besok harus ke masjid untuk shalat Isya dan Tarawih.”

“Tidak kyai, saya tidak mau menjadi ustadz lagi. Saya tidak sanggup. Lebih baik jadi orang biasa saja.

“Ya Kabayan.., tapi ingat..., orang biasa juga harus ke masjid.”

“Iya kyai, tapi tidak sebagai ustadz!”

“Jangan sedih Kabayan, pengalaman ini pun dialami banyak ustadz. Termasuk saya waktu nyantri dulu, sebelum kamu lahir.“

Isak Kabayan berhenti. Tatapannya lurus ke siluet kyai yang hilang di tikungan jalan. Krikan jangkrik mengisi tobatan Kabayan yang berwudhu di pancuran sebelah rumahnya. Dingin pun jatuh.

Esok lusa adalah hari-hari baru baginya. 

Kembali berbuka (ifthar) dan kembali fitrah, suci (fithrah). 

Selamat ‘Idul Fitri, 1 Syawal 1446.*

(Diadaptasi dari Si Kabayan Jadi Sufi, karya Yus R. Ismail).

ReadMore »

29 Maret 2025

Nyepi, Puasa Ramadhan, Idul Fitri

Nyepi dan Puasa Ramadhan

Tahun 2025 ini umat Islam dan umat Hindhu di Bali melaksanakan ibadah puasa dalam waktu yang sama. Khususnya pada masa akhir bulan Ramadhan, yaitu hari ke-29 Ramadhan 1446 H. Waktu yang hampir bersamaan antara Nyepi dan Idul Fitri tersebut berulang antara 31, 32, 33 tahun. Artinya, kejadian seperti tahun 2025 ini akan terjadi lagi 31 – 33 tahun yang akan datang. Begitu juga, ada masanya Idul Fitri berdekatan dengan Galungan, Kuningan, Natal, Imlek dan lain-lain. 

Hal tersebut terjadi karena kalender Hijriah biasanya bergeser ke awal sekitar 11 hari. Maksudnya, apabila tahun 2025 ini hari Idulfitri jatuh pada 31 Maret 2025 maka diperkirakan tahun 2026 akan jatuh pada 20 atau 21 Maret 2026. Begitu juga Idul Adha selalu maju sekitar 11 hari sehingga bisa terjadi pada bulan Januari atau bulan-bulan lainnya. Sedangkan kalender Saka umurnya 30 hari dalam satu bulan (Wikipedia). Tentu ada lagi perhitungan kalender yang berbeda-beda yang belum saya ketahui.

Bagaimana dengan Nyepi? Sejak tengah malam tadi, umat Hindhu melaksanakan Catur Brata penyepian, yaitu empat kegiatan yang dilarang: (1) Amati geni, yaitu tidak menyalakan api, (2) Amati karya, yaitu tidak bekerja, (3) Amati lelungan, yaitu tidak bepergian atau diam di rumah masing-masing, (4) Amati lelanguan, yaitu tidak bersenang-senang.

Hari Nyepi diperingati pada hari pertama sasih kedasa (bulan kesepuluh) kalender Saka yang biasanya terjadi pada bulan Maret atau awal April. Sehari sebelumnya disebut hari Pengerupukan, yaitu kegiatan untuk mengusir dan menghancurkan butha kala. Pada tahun 1970-1980-an, remaja, orang tua dan anak-anak terutama laki-laki berkeliling asrama, banjar, atau desa sambil memukul kentongan, kulkul, atau semua benda yang bisa bersuara sambil membawa obor. 

Namun kini diwujudkan dalam bentuk ogoh-ogoh.  Setiap banjar membuat satu buah ogoh-ogoh yang diarak pada sore hingga malam hari. Pemerintah daerah biasanya mengoordinasikan pawai ogoh-ogoh pada sore hingga awal malam Pukul 22.00 WITA tersebut. Sebelumnya lagi ada upacara Melasti, dilaksanakan di pantai, misalnya pantai selatan Pulau Bali, dari Melaya di Jembrana hingga ke Karangasem. Bahkan ada pantai di Kabupaten Badung yang namanya Melasti. Masyarakat berduyun-duyun ke pantai dalam rombongan banjar.

Bagaimana dengan Idul Fitri? Apabila ada satu orang dari kaum muslimin yang memenuhi persyaratan sebagai orang yang melihat hilal maka besok 30 Maret 2025 adalah tanggal 1 Syawal 1446 H atau Hari Raya Idul Fitri. Apabila hilal tidak terlihat maka puasa digenapkan menjadi 30 hari sehingga tanggal 1 Syawal terjadi pada 31 Maret 2025.Perbedaan geografis sangat mungkin mengakibatkan perbedaan perayaan Idul Fitri. 

Hanya saja apabila dalam satu kota atau provinsi ada perbedaan 1 Syawal maka hal ini menjadi pertanyaan BESAR. 'Alim 'ulama dan umara adalah kalangan yang paling bertanggung jawab atas perbedaan tersebut. Bertanyalah kepada ahli astronomi di ITB milsanya, dengarkan dan jernihkan hati untuk menerima ilmu pakar-pakar tersebut. Janganlah mengutamakan kelompok, golongan, ormas. Utamakanlah ilmu dan realitas astronominya.*

ReadMore »

27 Maret 2025

Mudik: Menuju ke Udik

Mudik: Menuju ke Udik

Lebaran atau ‘Idul Fithri 1 Syawal 1446 ini, merujuk pada hasil hisab PP Muhammadiyah akan terjadi pada 31 Maret 2025. Seperti sejak dulu, entah kapan mulainya, kaum muslimin berbondong-bondong menuju tanah kelahirannya, desa semasa kecilnya untuk bertemu keluarga, terutama orang tuanya, bapak dan/atau ibunya. Tentu bertemu juga dengan saudara-saudaranya, adik kakaknya, keponakan, paman dan bibi dan teman-teman sekolahnya. Yang surprised, bertemu bapak dan ibu guru waktu TK, SD, SMP, SMA.

Sungguh mudik ini adalah tradisi bagus. Memuliakan orang tua, mendatangi rumah orang tua sambil membawa oleh-oleh seperti baju, makanan, minuman, atau obat-obatan herbal. Termasuk mendoakan orang tua dari dekat karena terlihat mata dan meminta doa orang tua, agar orang tua berdoa kepada Allah Swt. Doa orang tua ini sangat maqbul.

Apalagi doa ibu, tidak hanya ibu yang melahirkan tetapi juga ibu yang lain, bisa saja istri kedua, ketiga, keempat bapakmu atau mungkin lebih. Bisa lebih dari empat karena istri-istrinya ada yang meninggal misalnya. Tetapi semuanya adalah ibu. Insya Allah doanya maqbul juga meskipun bukan ibu yang melahirkanmu. Hormati dan sayangilah ibu atau ibu-ibumu karena beliau sudah dinikahi oleh bapakmu.

Mudik juga mendistribusikan aktivitas ekonomi sampai ke desa dan dusun, ke pojok nagari, ke udik atau ke hulu. Uang di kota besar dibelanjakan di desa atau pasar dan toko di kecamatan terpencil. Geliat ekonomi hidup. Mudik adalah bukti cinta tanah kelahiran, tertaut daerah asal, rindu ranah turunan. Meskipun sudah tahu pasti karena sudah mengalami berkali-kali, yaitu antri dalam kemacetan lalu-lintas, tetap saja perindu tanah leluhur berduyun-duyun menapak jejak dengan motor, mobil, bis, kereta api, pesawat, atau kapal. Bahkan ada yang naik becak dan kuda. Tentu jaraknya tidaklah ratusan atau ribuan kilometer.

Bagaimanapun kondisi negara atau pemerintahan, tradisi mudik patutlah dipertahankan karena ia penuh rasa persaudaraan. Setelah tiga pekan puasa, memasuki pekan keempat, mereka berbarengan menuju kampung, menahan marah akibat motor atau mobilnya disenggol pemudik lainnya, dan bahkan ridha pada apapun yang terjadi di jalan. Sabar dan ridha dalam kemacetan, dalam kepanasan, dalam antrian panjang menjadi latihan langsung setelah tiga pekan puasa. Latihan sabar dan menahan marah, emosi yang meletup dan egoisme pribadi.

Pada mudik tahun 2025 ini, sejak 24 Maret hingga 8 April nanti, ada kemudahan yang diberikan oleh pemerintahan Presiden Prabowo. Misalnya, diskon tiket pesawat dan kereta api. Diskon tarif jalan tol. Tetaplah ini patut disyukuri karena lumayan bisa berhemat dan bisa dialihkan untuk membeli makanan, minuman, oleh-oleh, dan lain-lain. Adapun pengamanan, seperti tahun-tahun sebelumnya, dilaksanakan oleh polisi, dibantu petugas dari Kementerian dan Dinas Perhubungan, dibantu oleh anggota TNI, dan satuan pengaman (security).

Selamat mudik, iringilah dengan doa, doa apa saja, doakan bapak-ibu, doakan adik, kakak, doakan istri dan anak-anak serta cucu-buyut-cicit, doakan keponakan, doakan guru dan dosen, doakan pemerintah, doakan, sepupu, paman dan bibi, doakan teman-teman. Doa selama safar pasti dikabulkan oleh Allah Swt. 

Semoga selamat sampai tujuan. Demikian juga nanti pada saat balik ke lokasi domisili untuk bekerja sehari-hari, semoga aman, lancar, sehat wal'afiat. Aamiin ya Allah ya Kariim. *

ReadMore »

24 Maret 2025

Cahaya di Atas Cahaya: Apakah Mutlak?

Kemutlakan Cahaya, Betulkah?
Oleh Gede H. Cahyana

Puasa Ramadhan sudah berada di medio sepuluh hari terakhir. Masa-masa kilatan cahaya (nur) yang diharap-harap oleh kaum muslimin. Malam-malam panjang yang diisi dengan dzikrullah. Cahaya itu pun menghampiri orang-orang yang berhasil mencapai tingkat ketiga shiyam menurut Imam Al-Ghazali: khususil khusus. 

Namun tetaplah berdoa, meskipun shiyam hanya di level dua atau satu, semoga Allah memberikan ampunan-Nya seperti orang-orang yang meraih kelebat spiritual, Lailatul Qadar. Malam kemuliaan. Malam kudus. Sunyi senyap. Iringi dengan doa Allahumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni. Ya Allah sungguh Engkau pemaaf, menyukai maaf, maka maafkanlah saya (kami).

Materi tulisan ini adalah kajian historis tentang cahaya dari sejumlah buku dan merujuk pada ayat 35, Surat An-Nuur, al Qur'an al Kariim.

Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahiim... 
Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah, 
Subhanallah wabihamdihi, subhanallah wabihamdihi, subhanallah wabihamdihi, 
Ya Hayyu, Ya Qayyum, birahmatika astaghits. 

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35). 

Cahaya adalah zat pertama yang dilihat manusia, sesaat ia lahir ke dunia. Berkas cahaya melewati lensa matanya dan menimbulkan bayangan. Hanya saja, bayi belum merespon dengan gerak, aksi, atau ucapan yang dipahami ibunya. Bayi lantas mulai mengenal alam dengan bantuan cahaya. Begitu seterusnya sampai masa balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya menutup mata tanpa cahaya yang mampu diidentifikasi oleh retinanya.

Cahaya, dalam hal ini adalah cahaya matahari, sudah ada sejak matahari diciptakan, atau beberapa waktu setelah Big Bang, dentuman dahsyat terjadi. Sekian juta tahun kemudian, setelah melewati zaman es pertama dan kedua, masa hidup dinosaurus, dan memasuki tahun Masehi hingga pada masa kenabian Muhammad SAW, hadirlah keterangan dari Allah tentang cahaya. Ada sekitar 20 surat dan 40 ayat  di dalam Al Qur’an yang menyitir tentang cahaya.

Dalam kajian sainstifik, menurut Einstein, cahaya adalah materi yang memiliki kecepatan absolut atau mutlak tercepat di ruang hampa (vakum). Tidak ada zat yang melebihi kecepatan anggota spektrum gelombang elektromagnet ini. Adapun menurut Al Qur’an, yaitu pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj, malaikat Jibril yang besarnya meliputi semesta dan kecepatannya 50.000 tahun cahaya menunjukkan bahwa ada cahaya selain cahaya yang dimaksud oleh Einstein dan periset lainnya. 

Keduanya atau bahkan semua jenis cahaya (cahaya bintang, cahaya benda pijar, kunang-kunang, dll) adalah ciptaan Allah. Cahaya matahari dan berbagai cahaya lainnya di semesta ini, juga cahaya dalam makna malaikat yang diciptakan dari sejenis cahaya adalah makhluk Allah yang bisa dipercepat, diperlambat, dihentikan, atau bahkan dihancurkan oleh Allah.

Praabad ke-20

Jauh sebelum Muhammad SAW lahir, sebelum beliau dinabikan oleh Allah SWT, di dunia ilmu dan filsafat berkembang paham bahwa cahaya matahari bisa sampai ke Bumi karena merambat melalui media eter. Pendapat Aristoteles ini belum pernah diuji, minimal belum ada catatan atau manuskrip yang bisa ditelusuri oleh ilmuwan muslim pada abad pertengahan. Pendapat ini lantas diuji oleh Michelson dan Morley pada tahun 1887. Dari serangkaian percobaan di beberapa tempat dan dengan variabel penelitian yang rumit, mereka sampai pada kesimpulan bahwa eter itu tidak ada. Artinya, cahaya bisa merambat di ruang hampa dan kecepatannya tidak bergantung pada arahnya. Namun masih ada pertanyaan tersisa, mengapa cahaya bergerak begitu cepat?

Galileo adalah salah seorang yang mempertanyakan tentang kecepatan cahaya. Dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1638 yang ditulis dalam bentuk percakapan antara tiga orang bernama Salviati, Sagredo dan Simplicio menceritakan mengenai apa yang mereka katakan tentang kecepatan cahaya.

Pada tahun 1675 astronom Denmark, Ole Roemer, membuat beberapa pengamatan mengenai bulan-bulan Jupiter. Ia memperoleh nilai kecepatan cahaya sebesar 2 x 108 m/detik.  Fisikawan Prancis Louis Fizeu pada tahun 1849 meneliti perbedaan kecepatan cahaya di dalam air yang mengalir. Ia mendapatkan nilai kecepatan cahaya sebesar 3,13x108 m/detik. Para ilmuwan di Biro Standar Nasional di Boulder Colorado, di antaranya Evenson, dengan menggunakan teknik pengukuran hubungan panjang gelombang radiasi dan frekuensi laser-helium-neon memperoleh nilai kecepatan cahaya sebesar 299.792.4574 km/detik. Maka sejak tahun 1973 disepakati bahwa kecepatan cahaya adalah berlandaskan pada percobaan Evenson tersebut.

Ketiadaan eter sebagai medium  perantara rambatan cahaya dan perolehan nilai kecepatan cahaya mengantarkan Einstein pada tahun 1905 untuk membuat gagasan berani. Gagasan bahwa kecepatan cahaya adalah sama dalam semua kerangka referensi. Ia menyatakan, jika sejumlah pengamat bergerak terhadap satu sama lain dan terhadap sumber cahaya dan jika setiap pengamat mengukur kecepatan cahaya yang keluar dari sumber tersebut, maka mereka semua akan mendapatkan nilai yang sama.  

Abad ke-21

Banyak bahan (material) yang mampu memperlambat laju cahaya. Air mampu memperlambat cahaya menjadi 75% dari kecepatan aslinya. Intan, zat yang sangat keras, mampu memperlambat cahaya menjadi 58% dari kecepatan di ruang hampa. Seorang profesor di Universitas Harvard bernama Lene Hau pada tahun 1998 berhasil memperlambat cahaya dari 300.000 km per detik menjadi 30 km per jam.

Pada tahun 2000, di Rowland Institute for Science di Cambridge, Massachussetts, para pakar menggunakan awan atom sodium (natrium) berbentuk batang dengan panjang 0,2 mm dan diameter 0,05 mm. Metode yang digunakan adalah mendinginkan awan atom sodium tersebut hingga hampir nol derajat Kelvin sehingga atom-atomnya berikatan, bergabung menjadi satu dan kompak. Berkas cahaya dilewatkan pada gugus atom tersebut dan diperoleh kecepatan cahaya yang melambat. Pada penelitian selanjutnya diperoleh laju cahaya sepersepuluhjuta dari kecepatan di ruang vakum bahkan menghentikannya pada temperatur nyaris nol derajat Kelvin.

Hal serupa diteliti oleh sekelompok ahli di Universitas Rochester tahun 2003. Dengan menggunakan panjang gelombang cahaya terbatas, para peneliti ini berhasil memperlambat kecepatan cahaya dengan media yang relatif mahal, seperti cold gases dan solid crystalline. Begitu pula peneliti dari Luc Thevenaz dan peneliti dari Ecole Polytechnique Federale de Lausanne di Swiss yang melaksanakan percobaan di laboratorium Nanophotonic and Metrology. Bahannya adalah serat optik sederhana pada temperatur kamar. Tim ini berhasil memperlambat laju cahaya dan juga mempercepatnya. Cahaya bisa diperlambat dan bisa juga dipercepat, bahkan dihentikan. Artinya, cahaya adalah makhluk Allah,

Dari sejumlah hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa cahaya tidak absolut, artinya bisa direkayasa oleh manusia dengan alat dan metode tertentu. Adapun dalam tinjauan Islam, menurut ayat 35 surat An-Nuur, ada cahaya lain yang lebih cepat daripada cahaya tampak yang bisa didifraksi menjadi cahaya pelangi. Ayat ini ada yang menafsirkan sebagai makna batin yang mendalam oleh kalangan sufi. Bagi kaum Dhahiri, Allah itulah cahaya. Yang pasti, cahaya di Bumi ini tidak sama dengan cahaya dalam makna Jibril dan cahaya yang dinisbatkan kepada Allah.

Kesimpulan

Cahaya diakui sebagai zat yang paling cepat melesat di ruang hampa. Dalam makna malaikat (yaitu Jibril), kecepatan cahaya ini jauh melebihi kecepatan cahaya tampak. Kini cahaya bisa diperlambat, bisa dikurangi kecepatannya, bahkan bisa dihentikan. Hanya saja, peneliti sampai saat ini belum mampu mempercepat cahaya di atas kecepatan yang sampai saat ini dipercaya sebagai kecepatan yang tercepat (mutlak). 

Apabila cahaya bisa diperlambat maka hipotesis yang muncul, cahaya pun bisa dipercepat. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa diubah dan berubah di semesta ini, selama ia adalah makhluk Allah. Persoalannya adalah pada alat dan metodenya yang boleh jadi ditemukan pada masa mendatang. Dengan demikian, tidak ada yang mutlak di semesta ini, termasuk cahaya. Wa Allahu 'alam. * 

Daftar Pustaka

1. Al Qur’an, Surat An Nuur: 35.

2. Asyarie, S., Yusuf, R. 1984. Indeks Al Qur’an. Bandung: Pustaka Salman ITB

3. Halliday, Resnick. 1990. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga

4. Ismunandar. 2007.  Kimia Populer, Dari Kasus-Kasus Merkuri Sampai Energi Matahari. Bandung: Penerbit ITB

5. Pranggono, B. 2006. Mukjizat Sains dalam Al Qur’an. Bandung: Ide Islami

6. Purwanto, A. 2008. Ayat-Ayat Semesta. Bandung:  Mizan

7. Wospakrik, H. J. 2005. Dari Atomos Hingga Quark. Jakarta: Universitas Atma Jaya – Kepustakaan Populer Gramedia 

ReadMore »

22 Maret 2025

Pelestarian Gletser dan Air Baku

Selamat Merayakan Hari Air Dunia, 22 Maret 2025

Pelestarian Gletser dan Air Baku

Oleh Gede H. Cahyana

Pengamat Air Minum dan Sanitasi Universitas Kebangsaan RI

Bahagia. Inilah perasaan hati orang yang memperingati tanggal lahirnya atau memperingati tanggal kemerdekaan negaranya. Bagaimana dengan memperingati Hari Air Dunia (World Water Day) pada 22 Maret 2025? Apakah komunitas dan organisasi nirlaba yang rutin merayakannya menyambut dengan bahagia? Tidak ternyata. 

Pada tahun ini tema peringatan HAD diselimuti kesedihan. Prihatin dirasakan oleh kalangan yang peduli pada kondisi sumber air baku, yaitu gletser yang terbentuk dari salju selama ratusan tahun sehingga menjadi es. Mereka khawatir pada ketersediaan air baku untuk air minum dan penyempitan luasan pantai di Oseania, Maladewa, nusa dan gili di Indonesia

Apabila diamati di media sosial dan website, dari tujuh miliar orang di Bumi hanya sedikit yang tahu perihal HAD. Hanya kalangan tertentu yang terus semangat membagikan ilmu dan pengetahuan baru tentang air di Bumi. Jauh-jauh hari mereka sudah merencanakan kegiatan HAD. Hanya sedikit negara yang menaruh perhatian pada HAD dibandingkan dengan jumlah anggota PBB. 

Organisasi global yang selalu hadir dalam peringatan HAD adalah UN-Water. Tahun ini dibentuk gugus tugas dalam peringatan HAD, yaitu UN Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan World Meteorological Organization (WMO). Dua organisasi ini sudah merilis International Year of Glaciers Preservation dan inisiator Decade of Action on Cryospheric Science (2025–2034). Juga meresmikan Hari Gletser Dunia (World Day for Glaciers).

File pdf-nya bisa klik di sini.. 

ReadMore »

21 Maret 2025

Reuni Angkatan 1985 ITB

Reuni Angkatan 1985 ITB

Tiga bulan berselang ada informasi di WA grup bahwa angkatan 1985 ITB akan reuni. Usia angkatan ini masuk ke-40 tahun pada 2025. Diedarkanlah G-form agar setiap alumni mengisi formulir online tersebut. 

Sungguh menarik, hingga 20 Maret 2025, ternyata yang mengisi hingga 100% adalah Jurusan Teknik Lingkungan. Surprised. Excited atau shocked? Mengejutkan, menggembirakan, atau mengagetkan? Jumlah mahasiswa TL angkatan 1985 adalah 50 orang. 

Terlampir adalah beberapa foto pada masa Penataran P4 Pola 120 Jam. Berlangsung hampir tiga pekan, dari (seingat saya, mudah-mudahan betul) 3 Agustus 1985 hingga 20 Agustus 1985. Waktu itu ada kelompok belajar yang istilahnya Gugus, Kelas, Kelompok.

Gugus adalah gabungan antara jurusan. Biasanya dalam satu fakultas. Kami di TL bergabung dengan Jurusan Teknik Sipil, Arsitektur, Geodesi, Planologi dan Seni Rupa dan Desain. Kelas adalah seluruh mahasiswa dalam satu jurusan. Kelompok adalah satu angkatan setiap jurusan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Pada 17 Agustus 1985 diadakan upacara peringatan Kemerdekaan RI dipimpin oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Hariadi P. Supangkat di lapangan sepakbola, lokasinya di sentral area kampus ITB. Pembukaan dan penutupan penataran dilaksanakan di GSG: Gedung Serba Guna. Letaknya di zone belakang kampus. Tetapi gedung ini sudah lama diganti dengan gedung Labtek seperti sekarang.

Ada pertanyaan. Kapankah lahir angkatan 1985 ITB? Sebetulnya tidak ada konvensi yang menyatakan tanggal dan bulan kelahiran angkatan 1985. Sebab, proses penerimaan mahasiswa ITB pada waktu itu terdiri atas dua tahap. Yang pertama, dimulai pada akhir Mei 1985, ialah pendaftaran untuk mahasiswa yang melewati jalur PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan). Yang kedua, lewat ujian Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) yang pendaftarannya pada Juli 1985.

Namun kurang “sreg” apabila sebuah angkatan di perguruan tinggi tidak ada tanggal lahirnya. Pasti ada satu momen yang dapat dijadikan sebagai waktu kelahirannya. Itu sebabnya, upacara pembukaan Penataran P4 di GSG (Gedung Serba Guna) yang berlangsung pada 3 Agustus 1985 dapat dipilih sebagai tanggal lahir angkatan 1985 ITB. Artinya, setiap tanggal 3 Agustus bisa diperingati sebagai ulang tahun angkatan tersebut. Bertepatan dengan usianya yang mencapai 40 tahun pada 2025 ini, layaklah tanggal tersebut diproklamasikan sebagai ultah angkatan 1985 ITB.

*************

Masa penataran adalah masa perbaikan gizi bagi mayoritas mahasiswa ITB. Ini kata teman-teman dulu. Diberi makan siang sekali, diberi snack pagi dan sore. Luar biasa. Makan bergizi gratis untuk mahasiswa baru selama penataran P4. Selain P4 120 jam juga diberi ilmu perihal pembentukan karakter di MK Etika, MK Agama, MK Kewiraan, studium general.

Sebagian besar nama mahasiswa yang tercatat: 

1. A. A. Gde Putra
2. Agus Sunara
3. Ade Subandi
4. Agustina
5. Ananda Haswin
6. Bambang Widiatmoko
7. Betra
8. Carolina Hapsorini Primastuti
9. Dadang Purnama
10. Dewi Nurindah Firmansyah
11. Dzuli Sriadiana Sabianti
12. Eko Winar Irianto
13. Etih Hartati
14. Gabriel Sudarmini Boedi Andari
15. Gede Herang Cahyana
16. Gema Iriandus Pahalawan
17. Ignatius Ari Murdoko
18. Kartika Hermawati
19. Kathleen Ristanti Sianturi
20. Kristiandayani
21. Lis Novari Trisiane
22. Novera Deliyasma
23. R. Anita Niawati
24. Raden Driejana
25. Robert Poltak Manahan Simanjuntak
26. Wita Purwasih
27. Ahmad Hanief
28. Lili Mulyatna
29. Budi Heri Pirngadi
30. Susi Susanti Santoso
31. Wikasanti
32. Vianti Zami
33. Guntur Sitorus
34. Henry M. Limbong
35. Rudy A. Riyanto
36. Bernadi Sitompul
37. Farida Katarina
38. Mien Suminarsih
39. Rachmat Yulianto
40. Ivan Jan R. Sianipar
41. Jenny Silalahi
42. Zulfikar M. Rachman
43. Rayon Sasongko
44. Oslita Doloksaribu
45. Sasmita
46. Joseph Tambunan
47. Gamaliel K. Pandia
48. Fauzi
49. Nanang






Angkatan 1985 juga mengelola majalah HMTL Sanita pada waktu itu. Terlampir adalah edisi Oktober 1988. 










ReadMore »

20 Maret 2025

Itu Bukan Saya Lho...

Itu Bukan Saya Lho...

Ini sekadar informasi saja untuk khalayak ramai. Kata kerennya, klarifikasi. Penjernihan. Agar clear. klir. kelaar. 

(Di Prodi Teknik Lingkungan, istilah klarifikasi itu sinonim dengan sedimentasi... hm hm).

Iseng-iseng saya lihat di Google, ternyata ada akun yang berisi nama saya di independent dot academia dot edu. Sungguh saya belum pernah membuat akun-akun tersebut. Ini bulan suci Ramadhan, saya bicara benar adanya.  

Saya skrinsot seperti terlampir di bagian bawah ini. 

Ada akun yang menulis bahwa saya pengagum Ibnu Taymiyah, Syiah. Waduh jangankan menjadi pengagumnya, membaca karya-karya beliau saja saya belum pernah. Bagaimana saya bisa menjadi pengagum Ibnu Taymiyah kalau saya belum tahu apa saja karya tulis magnum opus-nya? Sekali jua belum pernah saya memegang kitabnya. Lewat Google saya sekarang punya sangat sedikit pengetahuan tentang beliau. 

Ada juga keterangan dalam bahasa Inggris, ini lucu sangaaat, saya di akun itu dinyatakan menulis a small unique island. Waduh..., ini sih lucu bingitzz. Tidak pernah saya menulis frase seperti itu. Sedangkan kalimat lainnya mungkin dia (oknum itu) copas atau tiru dari akun blog saya ini atau dari akun Orcid saya. 

Parahnya lagi, ditulis di akun itu bahwa saya adalah pengagum atau interested in Shi'ism atau Syiah. Walah-walah.... ini fitnah luar biasa. Atau biasaa luuaar fuuittnaah ini mah. Bagaimana mungkin saya menjadi pengagum Syi'ah..., apa itu Syi'ah saja saya tidak paham. Setahu saya, Syi'ah ini bukan arus utama (main stream) dalam Islam di Indonesia. Sebab, pengajar ajaran Islam di Indonesia adalah kaum muslimin dari Yaman dan banyak di antara mereka adalah keturunan Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan Habib, Syarif, Sayid. 

Apakah ada akun palsu yang lain lagi, mungkin saja ada, tetapi saya belum sempat lagi menelusuri di Google. Ini pas saja sambil saya ngabuburit .... nunggu buka puasa. Lalu saya tulis saja di Blogger dot com ini, media tulis kecintaan saya sejak kali pertama mengenal Blogger dalam sebuah acara di Student Center Timur ITB, dari teman Jurusan Teknik Informatika yang dulu kost bersebelahan kamar di Cisitu Lama. 

Sebagai info juga, saya tidak punya akun Instagram, tidak punya Twitter, tidak punya Tiktok, mungkin belum pernah membuka Tiktok. Duluu banget saya punya akun Facebook. Tapi sudah non-active. Lupa password-nya. 

Yang saya punya adalah blog ini. Dulu namanya Gede on WWW. Singkatan dari Writing, Water, Waste. Bidang kajian saya sebagai dosen dan penulis. Dulu istilah WWW itu cukup dikenal dan menjadi perhatian para pemula penulis di internet. Sekarang mungkin sudah tidak lagi karena masyarakat sudah diberlimpahi oleh foto selfi, info hoaks, dan video pendek. Saya juga punya WA dan email di gmail dot com. 

Hanya saja, kenapa oknum itu menulis bahwa saya pengagum Ibnu Taymiyah dan pengagum Syi'ah. Apa tujuannya? Wahai dikau orang yang membuat akun-akun itu, gerangan apakah dikau menyatakan bahwa saya pengagum Syi'ah? Atas latar belakang, maksud, dan tujuan apa dikau menulis demikian? He he... kayak Bab I proposal aja... 

Di situ juga tertulis bahwa saya interest pada riset perihal Avicenna. Ya Allah Ya Kariim... Saya belajar di ITB, di Jurusan Teknik Lingkungan. Tidak ada pelajaran atau mata kuliah tentang Ibnu Sina. Saya memang pernah menulis tentang Ibnu Sina di koran Republika, terbit 5 Januari 2001. Duluuu banget. 



Namun sesungguhnya saya bukanlah pendakwah, bukan da'i. Saya mubaligh. Tapi yang saya tabligh-kan adalah ilmu Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan. Bukan akidah, syariah, fikih. Saya hanya dosen. Dosen biasa. Bukan pejabat publik. Apa sich yang dikau inginkan dari saya, wahai pembuat akun palsu itu? 

Atau gini, pertanyaan positifnya ya, apa manfaat yang dikau peroleh dari perbuatanmu yang seperti ini? 

Demikian, agar maklum adanya.






ReadMore »