Belajar Online
karena Corona
Kemarin Presiden
Joko Widodo menandaskan tiga hal utama. Belajar di rumah. Bekerja di rumah.
Beribadah di rumah. Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga seperti
itu. Saya ingin menulis perihal belajar di rumah.
Internet
membantu banyak kegiatan. Pada awalnya, tahun 2000, sebelum muncul Facebook,
Youtube, Twitter, maka website menjadi andalan. Banyak informasi perusahaan dan
kampus diperoleh di web ini. Tetapi koneksi internet masih mahal. Rental
internet masih jarang. Kemudian muncul modem. Hingga akhirnya, koneksi internet
begitu mudah dan lebih murah. Semua ada di tangan. Tinggal ada ponsel dengan
Androidnya dan tentu saja kuota internet. Saya tidak bicara e-learning, blended learning dalam makna yang disepakati dan diatur oleh
kementerian. Tetapi saya bicara tentang pemanfaatan internet dalam PBM (Proses
Belajar Mengajar) yang saya laksanakan selama ini.
Begini. Tidak semua
mata kuliah bisa dengan mudah secara online. Mata kuliah berpraktikum dengan
zat kimia dan peralatannya dan perancangan perlu tatap muka dan menunjukkan
gambar serta proses desainnya. Tetapi mata kuliah yang lain, bisa lebih mudah. Saya
menggunakan blog untuk beberapa subjek mata kuliah. Tidak semua. Sekitar 60%.
Agar mahasiswa betul-betul membaca, maka diwajibkan menulis. Menulis berupa
ringkasan. Juga bisa rangkuman. Ringkasan adalah hasil kajian untuk sebuah
subjek materi kuliah. Rangkuman adalah hasil kajian dari beberapa subjek materi
kuliah. Keduanya wajib ditulis ulang dengan kalimat sendiri. Parafrase. Sumbernya
adalah materi di blog dan di osf.io. Tetapi, ya begitulah. Sedikit yang melaksanakan
parafrase. Mayoritas menyalin saja. Bahkan banyak mahasiswa yang menyalin dari
ringkasan temannya.
Namun
demikian, saya tetap menghargai tulisan mahasiswa itu. Yang penting mahasiswa
belajar menulis. Mengatur tetes pikiran menjadi kata dan kalimat yang logis.
Ini sebagai awal sebelum akhirnya mereka menulis ilmiah dalam bentuk makalah di
MK Kerja Praktik, Seminar, dan Tugas Akhir. Untungnya sekarang ada software
untuk cek kemiripan (similarity). Tulisan mahasiswa bisa dikendalikan dengan
ini. Bagaimana memeriksanya? Memang butuh waktu dan menguras tenaga kalau semua
diperiksa. Tetapi caranya adalah dengan mengambil secara random tulisan mereka.
Kalau ada delapan tugas maka bisa dilihat empat atau lima tugas. Tidak dibaca
semua. Sekilas saja sudah bisa diambil kesimpulan, berapa nilainya. Yang utama
adalah kelengkapan tugas. Harus masuk semua.
Belajar di
rumah dengan bantuan internet memang bisa. Tetapi ini untuk mahasiswa. Saya
tidak tahu bagaimana di SMA, SMP, apalagi SD. Semoga ada solusi untuk murid-murid
ini. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar