• L3
  • Email :
  • Search :

1 Desember 2006

Istri Kedua Aa Gym?

Bakda Subuh, Jumat 1 Desember 2006, saya menyimak radio MQ FM Bandung. Ada seorang ibu yang menelepon dan mengutarakan ketidaksetujuannya atas poligami yang dilakukan Aa Gym. Saya sempat kaget mendengarnya. Aa Gym menikah lagi? Saya belum tahu berita ini. Tetapi dari nada suaranya, ibu itu pun masih ragu-ragu apakah Aa Gym betul-betul sudah menikah lagi ataukah sekadar gosip.

Terlepas dari betul tidaknya berita itu, sebab Aa Gym tidak tegas-tegas membantahnya, saya lantas membuka komputer dan menulis tentang poligami ini.

***

Adakah perempuan yang mau dipoligami? Bertolak dari sisi psikologis manusia, khususnya perempuan, saya yakin tak seorang perempuan pun mau berbagi suami dengan perempuan lainnya. Mereka ingin memonopoli suaminya. Jangankan perempuan zaman sekarang, zaman ketika berembus angin kesetaraan jender di semua segi kehidupan, pada masa Nabi Muhammad pun itu terjadi. Malah pernah muncul di keluarga nabi akhir zaman itu. Kisahnya bergini.

Aisyah pernah dibakar api cemburu sehingga ia berkata, "Khadijah lagi... Khadijah lagi... Seperti tak ada perempuan lain saja." Mendengar ujaran itu, Muhammad lantas pergi. Selang beberapa waktu, Beliau kembali lagi. Pada saat itu ibunda Aisyah, yaitu Ummu Rumman sedang ada di sana. "Wahai Rasulullah, ada apa engkau dengan Aisyah? Ia masih sangat muda dan selayaknya engkau maklumi."

Muhammad lantas mendekat dan memegang dagu Aisyah seraya berkata," Bukankah engkau yang berkata seolah-olah di dunia ini tak ada lagi wanita selain Khadijah?"

"Tapi untuk apa engkau mengingat-ingat perempuan tua itu yang ujung mulutnya sudah merah padahal Allah sudah menggantinya dengan yang lebi baik bagimu?"

"Demi Allah, Dia tak pernah mengganti dengan yang lebih baik daripada Khadijah. Ia beriman ketika semua orang mendustakanku. Ia bagikan hartanya ketika yang lain menahannya. Ia memberiku anak tetapi yang lainnya tidak."

Andaikata Khadijah masih hidup dan bermadukan Aisyah, kira-kira apa yang bakal terjadi? Terhadap madu-madunya yang lain pun, seperti Shafiah dan Ummu Salamah, Aisyah cemburu. Artinya, perasaan cemburu itu pasti ada pada setiap perempuan. Hanya saja, ada yang mampu mengendalikannya, ada yang tidak.

***

Sebagai muslim, saya yakin Aa Gym pun ingin lebih banyak beribadah. Tak hanya ibadah ritual (mahdhah) tetapi juga ibadah sosial (ghair-mahdhah). Itu sebabnya, lewat berbagai perusahaan yang dimilikinya, Aa Gym sudah membuka ribuan lapangan kerja. Perusahaannya membentang mulai dari percetakan, penerbitan, toko buku, penginapan, radio, televisi, biro travel dan KBIH, training sampai air minum kemasan bermerek MQ Jernih. Ada lagi yang lainnya, tetapi saya tidak hafal semua.

Ketika Aa Gym sudah mampu melaksanakan ibadah ritual dan sosialnya dan bahkan nilainya jauh di atas rata-rata orang sekarang, barangkali Aa Gym pun ingin beribadah lainnya. Salah satu bentuknya ialah menikah lagi. Bukankah Allah Swt mengizinkan lelaki memiliki istri lebih dari satu dengan jumlah maksimum empat orang? Apalagi kalau istri pertamanya setuju. Bagaimana relung hati terdalamnya, apakah Teh Ninih setuju? Untuk hal ini, yang tahu hanyalah Allah dan yang bersangkutan. Yang bisa dinilai adalah tampak luarnya, yaitu lewat kata-kata dan sikapnya. Jika dua hal ini sudah menampakkan gejala setuju maka tak ada alasan lagi orang lain berburuk sangka. Bahwa ada sebersit rasa tak setuju atau cemburu, sebagai manusia biasa tentu bisa dimaklumi. Jika yang ada berupa rasa bahagia mendapatkan "teman" baru untuk suami tercintanya, ini tentu menjadi nilai plus yang balasannya, menurut Islam, adalah jannah atau surga.

Bagaimana dengan protes dari masyarakat, terutama kaum perempuan? Ini pun bisa dimaklumi. Sebab, mereka protes karena di lubuk hati terdalamnya takut suaminya ikut-ikutan berpoligami. Aa Gym sudah diproklamasikan sebagai figur publik. Apapun yang dilakukannya akan mendapatkan banyak perhatian dan sorotan. Apalagi kalau poligami ini (kalau betul Aa sudah menikah lagi) diikuti oleh lelaki lain. Inilah yang dikhawatirkan oleh ibu-ibu rumah tangga. Mereka menentang keras poligami. Demi menghalangi poligami itu malah ada ibu rumah tangga yang rela suaminya "membeli sate" saja daripada harus "memelihara kambing" di rumahnya. Pernah tersiar kabar, ada istri yang rutin mencarikan perempuan untuk "digauli" oleh suaminya asalkan tidak menikah lagi. Ada juga istri yang mengizinkan suaminya membawa perempuan ke rumahnya asalkan tidak dinikahinya sehingga harta suaminya tak harus dibagi dengan perempuan itu.

Ada juga ibu-ibu yang protes dan mengatakan bahwa poligami membuat perempuan menderita dan tidak adil. Mereka yakin poligami akan menghancurkan keluarga dan membuat anak-anak kucar-kacir. Rupanya mereka lupa bahwa betapa banyak orang yang monogami juga hancur rumah tangganya. Ada artis yang memang monogami tetapi dia sudah berkali-kali kawin-cerai. Ada artis yang rumah tangganya sarat dengan selingkuh dan bahkan sengaja saling selingkuh-menyelingkuhi agar pasangannya kesal dan marah. Begitu pun orang-orang biasa, bukan dari kalangan artis, banyak juga yang hancur pernikahannya padahal monogami. Kawin cerai begitu banyak terjadi di beberapa daerah dalam usia di bawah tiga puluh tahun.

Jadi, hancur tidaknya rumah tangga itu tidak disebabkan oleh status pernikahan yang mono atau poligami. Tak sedikit yang berpoligami tetapi rumah tangganya justru aman-aman saja dan tampak akur rukun. Yang monogami malah sering berantakan dan ditayangkan di televisi. Ada monogami yang tampak awet, tetapi sebetulnya mirip bara dalam sekam. Mereka tak ingin kekalutan rumah tangganya diketahui oleh orang lain karena menjadi figur publik, pejabat, atau orang-orang yang memiliki massa. Mereka bermain sandiwara atau "sinetron" dengan akting yang bagus.

***

Hari ini, 1 Desember 2006 adalah peringatan Hari AIDS Sedunia. Sindrom ini sudah meluas ke semua tempat dan makin parah. Penderitanya makin banyak. Salah satu sebabnya adalah seks bebas, baik dengan pelacur maupun dengan pacar, teman, dll. Yang perlu dicatat, perluasan AIDS tak bisa ditahan dengan penggunaan kondom. Kampanye kondom justru berbalik menjadi bumerang dan membentuk image di otak remaja kita perihal pembolehan seks bebas asalkan memakai "sarung" itu.

Memang, untuk kasus HIV/AIDS lantaran tertular dari tranfusi darah, kelahiran bayi, atau kejadian lain yang bukan perilaku amoral, saya juga prihatin. Kasihan sekali mereka kena HIV/AIDS padahal tak berbuat buruk. Kejadian buruk yang menimpa mereka mudah-mudahan dapat menghapus dosa-dosanya. Mau tak mau, demi mengurangi tingkat stres penderitanya, anggaplah itu sebagai takdir yang mesti dilalui. Keikhlasan seperti ini akan lebih bermanfaat daripada marah dan menyesali diri. Begitu pun yang menderita AIDS karena seks bebas dan narkoba, tak perlu lagi berkeluh-kesah. Tinggal tobat dan menyesali perbuatan buruk selama ini dan terus mohon ampun kepada Sang Khalik. Soal mati, tak perlulah takut. Sebab, kalau belum waktunya, mati itu takkan terjadi. Bahkan banyak orang sehat yang berotot lebih dulu mati ketimbang orang yang sakit parah.

Jika dikaitkan dengan AIDS, maka poligami dapat mencegah potensi perluasan AIDS akibat "jajan" sembarangan dan berdosa dari sudut pandang agama apapun. Sebaliknya, apabila poligami dilaksanakan dengan niat ibadah, sang istri juga menerima dengan niat ibadah walaupun berat seperti kasus Aisyah di atas, maka pahalalah yang diperoleh. Lagi pula, tak satu agama pun mengizinkan umatnya berzina, kecuali sekte-sekte sesat yang pernah ada di Amerika Latin, Amerika Serikat dan Skandinavia.

Akhir kata, saya pun bertanya kepada salah satu guru saya, yaitu Aa Gym. "Aa, betulkah sudah menikah lagi?" Sampai artikel ini di-upload di http://gedehace.blogspot.com, saya memang belum tahu perihal itu. Saya hanya berdoa, ya Allah berikanlah yang terbaik untuk Aa Gym dan jadikan keluarganya sakinah. Aamiin.*

Gede H. Cahyana

1 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum wr wb.
    saya sangat sepakat dengan apa yang anda katakan mengenai kepoligamian Aa Gym. Saya akui sebagai seorang perempuan biasa, kecemburuan seperti itu pasti ada. tapi bagaimana kita menyikapinya tergantung pada keimanan masing2 individu.

    BalasHapus