• L3
  • Email :
  • Search :

7 Oktober 2014

People Power, Setuju Bangeetzz

People Power, Setuju Bangeetzz
Oleh Gede H. Cahyana


People power, harfiahnya, kata per kata adalah daya, kekuatan rakyat. Indonesia tahun 1998 pernah merasakan kekuatan dahsyat itu. Begitu juga Filipina. Namun kini di negeri nyiur melambai ini, bangkit lagi frase tersebut. Pihak koalisi PDIP bersikeras akan mengajak pemilihnya untuk merongrong kekuatan politik yang dianggap oleh PDIP sebagai pembuat makar dan merusak jalan pemerintahan Jokowi-JK. Tak lain, yang menjadi sasaran tembak bukanlah tembok liberal, komunis, sekuler di negara Pancasila ini, melainkan koalisi Merah Putih (KMP).

Atas dasar apa PDIP begitu provokatif terhadap KMP? Apakah lantaran gagal menjadi ketua di DPR? Kenapa begitu kuat syahwat menjadi penguasa total, totaliter di Indonesia, negeri yang kebanyakan rakyat masih perlu pendidikan dan peningkatan kesejahteraan? Alangkah hancur negeri ini apabila DPR juga dikuasai oleh PDIP. Lantas MPR juga dikuasai oleh PDIP. Begitu juga KPK, tunduk pada koalisi PDI, minimal berpihak kepada PDIP. Ini faktanya. Lantas panglima TNI, Polri, Kejaksaan, MA, MK ikut dan patuh kepada PDIP. Kalau ini yang terjadi, Indonesia kembali ke zaman barbar. The Barbarians.

Oleh sebab itu, saya setuju bagetz pada people power, yaitu mengerahkan kekuatan rakyat untuk menghancurkan sifat egois, KMP-fobia, dan menggantinya dengan membangun sekolah, kebun, pasar, dan reboisasi. Kerahkan kekuatan rakyat untuk mengolah sampah, membuat kompos, meluaskan pertanian, dan menghalau kapal pukat harimau. Gunakan people power untuk memperbanyak beasiswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah, juga pendidikan tinggi. People power yang utama adalah revolusi mental para abdi negara, termasuk anggota dewan dari semua partai, khususnya PDIP. Jangan terulang lagi anggota dewan yang memijat-mijat Ceu Popong dan menciumnya, jangan lagi menjadi “kumpulan anak-anak TK tanpa sopan santun naik ke meja”.  Mental seperti inilah yang mendesak direvolusi. (Catatan: sebetulnya saya tidak yakin pada istilah revolusi. Lebih tepat adalah evolusi. Tapi, silakan saja, apapun istilahnya, minumnya adalah the tubruk …. Hhm segerrr).

Begini ringkasnya. People power boleh-boleh saja, tetapi ingat, people power yang ada di KMP juga tak kalah banyak dan mereka kebanyakan dari kalangan terdidik apik. Kita paham, voting itu tidak membedakan manusia, apakah ia doktor politik atau preman pasar dan germo pelacuran. Sama saja, suaranya satu untuk masing-masing. Namun demikian, kekuatan Golput juga tidak sedikit. Mereka bisa bergerak ke PDIP juga bisa ke KMP. Apakah koalisi PDIP, khususnya PKB yang banyak ada kyai dan pemilik ratusan pesantren itu akan serta merta rela menjadi “pembunuh” kaum muslim yang lain lewat people power? Lupakah PKB pada wejangan Gus Dur tentang kerakyatan dan kesetaraan dalam hidup berbangsa, bernegara? Kalau lupa dan memang sudah tidak peduli lagi, berarti PKB yang sekarang ini bukanlah PKB yang dimiliki oleh warga NU. Ia sudah tercerabut dari ke-NU-annya.

Sekali lagi, saya setuju bangetz pada people power, yaitu memobilisasi kekuatan rakyat untuk memajukan pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi di Indonesia. Setuju kekuatan rakyat untuk menghukum koruptor. Orang yang bersalah harus dihukum, dan hukuman ini akan dapat mengurangi tanggung jawabnya yang abadi di akhirat kelak. Hukuman justru adalah kasih sayang kepada terhukum. Kalau salah, maka mintalah segera dihukum di dunia agar berkurang atau bebas hukuman di akhirat yang abadi itu. Lebih baik di hukum di dunia sekian puluh tahun dan bebas di akhirat daripada bebas di dunia tetapi dihukum berat di akhirat. Pemahaman inilah yang disebut revolusi atau evolusi mental. Mental rela dihukum kalau berbuat salah, baik sengaja maupun tidak. Inilah revolusi yang sesungguhnya, sebuah revolusi atau people power di bidang moral. 


Kalau hal tersebut yang dimaksud oleh koalisi PDIP, semua pasti mendukung. Maka, saya setuju peple power versi yang satu ini. Power to the people for their welfare of the welfarestate. Ok? I love you all in humanity, and thanks. *


Tidak ada komentar:

Posting Komentar