Gelar Akademik dan
Bulan Bahasa
Oleh Gede H. Cahyana
Bulan Bahasa identik
dengan Oktober dan peringatan Sumpah Pemuda. The Hunt for Red October bisa juga
diambil spiritnya menjadi The Hunt for “Bulan Bahasa” October. Berkaitan dengan
itu, satu hal yang penting tapi sering disepelekan adalah penulisan gelar
akademik, baik gelar strata satu, dua maupun tiga. Misal, Dewi Venusia, S.T.,
M.T., Ph.D., Dr. dr. Oktavio Bruno, M.P.H., Nikita Inulio, S.E., M.M. dst.
Betulkah cara penulisan gelar seperti itu? Memang, ada yang berkata, “Gitu aja
dipikirin, yang penting orang ngerti!”. Kalau begitu, apa dong esensi pelaksanaan
Bulan Bahasa?
Faktanya, surat-surat
resmi di tingkat legislatif, yudikatif, dan eksekutif sarat dengan kesalahan
dalam penulisan, tidak menuruti aturan baku yang ada di dalam EYD. Begitu juga
surat-surat dari Dikti, Kopertis yang sering diterima perguruan tinggi, sarat
dengan kekeliruan penulisan, tidak sesuai dengan aturan baku dalam EYD. Kalau
dunia pendidikan saja belum betul menjadi penjaga gawang bahasa Indonesia,
lantas siapa yang menjadi “keeper-nya?”
Adakah masukan dari
sanak saudara, pembaca tulisan ini?
Gambar: balairungpress.com
Gambar: balairungpress.com