Oleh Gede H.
Cahyana
Mawar, bayangkanlah harum bunga ini, kalau
ingin membaca tulisan ini lebih lanjut. Semerbak mewangi kuntum kenanga di sisi
puri,
suci melati aroma terapi, metode relaksasi napas yang
dilakoni selebritas. Lantas, bayangkan pula “harum” daleman perutnya. Tulisan ini hendaklah ditafsirkan sebagai sainstifik semata, tiada aroma penghinaan,
apalagi penistaan karakter selebritas. Bukan, bukan itu maksud tulisan ini. Spirit tulisan ini
adalah berbagi ilmu dengan khalayak pembaca, seperti tujuan pembuatan blog ini.
Faktanya, kerapkali ditayangkan di televisi, betapa pemain sinetron dan penyanyi sering merayakan pesta
(celebrate,
party) ulang tahun, pernikahan, tahun baru, dll dengan beragam makanan dan
minuman. Tampak wah dan mewah. Di perutnya (tepatnya di lambung), baik yang langsing-singset
maupun gendut berlipat, terjadi “pengunyahan” makanan secara peristaltis. Setelah
saripatinya diserap untuk tubuh, maka sisanya masuk ke usus besar, menunggu
saatnya dibuang di peturasan. Ampas yang dibuang inilah yang biasa disebut
feses atau tinja. Istilah umumnya, “kotoran” dan istilah kasarnya, tai atau
tahi.
Menurut hasil penelitian Japan
International Corporation Agency (JICA) dan Dep. PU, diperoleh data bahwa
kalangan kaya (selebritas) merilis air limbah dengan BOD 43,9
gram/orang/hari. Kelas menengah 31,7 gram/orang/hari, kelas ekonomi bawah (low income) 26,8 gram/orang/hari. Saya belum
percaya 100% pada hasil penelitian ini. Apalagi ada kesan, angka ini adalah
hasil generalisasi dan cenderung hasil dugaan logika saja, didasarkan pada
tinggi-rendahnya penghasilan (gaji) seseorang. Namun kita gunakan saja data
tersebut sekadar sebagai alat penjelas tentang kaitan antara selebritas dan
pencemaran yang ditimbulkannya.
Prinsipnya, makin variatif jenis makanan yang dimakan (dalam
pesta), makin variatif juga jenis zat organik yang hadir di dalam tinjanya. Hanya
saja, tidak mungkin mengukur secara kualitatif dan kuantitatif semua jenis zat
organik yang terkandung di dalam tinja. Itu sebabnya, digunakan analisis
kolektif dengan mengasumsikan bahwa zat organik itu berkomposisi CHON, CHONS, atau
CHONSP. Ada yang menulis lebih spesifik lagi, yaitu C18H19O9N. Dengan rumus
kimia ini, dapatlah dihitung kebutuhan oksigennya (OD: Oxygen Demand), disebut sebagai Theoretical
Oxygen Demand (ThOD) yaitu kebutuhan oksigen teoretis untuk mengoksidasi
zat organik itu.
Angka BOD yang ditulis JICA-PU di atas tentu diperoleh dengan
uji laboratorium sejumlah sampel, bukan kalkulasi matematis. Selain BOD (Biochemical Oxygen Demand atau Biological Oxygen Demand), ada juga
parameter lain seperti COD (Chemical
Oxygen Demand). Rasio BOD/COD ini menyatakan tingkat biodegradabilitas air
limbah, yaitu keterolahan air limbah secara biologi. Makin besar rasionya,
makin mudah diolah secara biologi dengan memanfaatkan mikroba. Umumnya semua
tinja, tak bergantung pada asalnya apakah dari orang kaya atau miskin, sifatnya
biodegradable. Inilah sebabnya, septic tank orang kaya dan orang miskin
tak berbeda secara fungsional. Septic
tank di kantor boleh saja menampung tinja dari direktur dan tinja dari tukang
kebun. Tak masalah.
Tinja orang kaya yang tidak suka pesta (celebrate) tentu berbeda angka BOD, COD-nya dengan yang senang
pesta. Jenis makanan dan minuman sangat mempengaruhi besar kecilnya angka BOD,
COD. Yang doyan pesta pasti tinjanya lebih mencemari lingkungan daripada yang
sekadar makan ala kadarnya. Namun yang makan ala kadarnya, misalnya nasi dan
pete atau jengkol berbeda juga aromanya dengan yang makan nasi, tempe, dan sayur
saja. Berapa BOD, COD-nya tentu harus dicek di lab. Malah sesekali, orang yang
ekonomi lemah tetapi makan makanan pesta seperti kaum selebritas, dapat mengubah
karakteristik tinjanya menjadi serupa dengan tinja selebritas.
Ditilik dari sudut kekuatan pencemar, tinja selebritas
umumnya lebih besar polusinya terhadap lingkungan daripada orang biasa yang
makanan dan minumannya juga biasa-biasa saja. Logislah, pajak lingkungan bagi
selebritas harus lebih besar daripada orang biasa, apalagi orang yang miskin yang
sering tidak makan. Namun positifnya, tinja pun dapat dijadikan pupuk. Makanan
selebritas kaya akan protein dan lemak yang menjadi sumber nutrien bagi
tanaman. Daging dan ikan, juga susu dan produk nabati yang dimakan selebritas
menjadi stimulan bagi perkebunan, tentu saja setelah bakteri patogennya dibasmi
lewat pengolahan di septic tank. *
Foto: sagalana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar