Lima orang datang dari jauh. Tak jelas asalnya dari mana. Mereka diaspora, menggelandang. Mereka tak bertanah dan berlabel buron. Mereka tiba di sebuah rumah. Di rumah itu, yaitu rumah tenang yang yang tak terlalu luas, mereka minta izin untuk istirahat dan menginap. Sebagai tuan rumah yang baik dan ingin melaksanakan ajaran agamanya, tuan rumah lapang hati menerimanya. Sandang dan pangan diberikan. Dijamin semuanya. Mereka dianggap saudara jauh meskipun buron statusnya.
Perlakuan baik itu berlangsung sekian waktu sampai akhirnya mereka berbuat sesuatu: air susu dibalas air tuba. Mereka sudah merasa nyaman tapi ingin jauh lebih nyaman lagi. Diputuskanlah sebuah kebijakan. Ada satu putusan politik mereka, yaitu devide et impera. Politik pecah belah lalu kuasai. Mereka lakukan itu. Tuan rumah ditakut-takuti, dinista, dan bahkan dibunuh. Ada yang terpaksa mengungsi ke rumah tetangga. Tetangga itu awalnya keras juga melawan penjarahan rumah itu, tapi lama-lama mereka tak kuasa lagi. Ternyata lima orang itu dibantu dari jauh oleh beberapa rumah gedongan.
Lima orang tamu itu terus saja membuat onar di rumah orang yang ditamuinya. Maksudnya jelas: ingin memiliki rumah itu. Dan mereka berhasil. Berhasil! Mayoritas tanah dan kamar-kamarnya dirampas dan dijadikan tempat tinggal sehari-hari sampai beranak-cucu di sana. Sedangkan tuan rumah dan keluarganya hanya disisakan di lahan sempit, di dekat kamar mandi-WC. Sudah itu sering pula ditakut-takuti akan dibunuh. Malah terjadi insiden pembantaian massal di sebuah kamar di sana. Mereka memperlakukan tuan rumah seenak perutnya. Apa kata yang tepat bagi lima orang dan keturunannya? Perampas! Ini sebutan layak buat tamu BIADAB itu.
Palestina, sebagai tuan rumah, memang menderita. Telah lama mereka menderita lantaran tindakan keji tamunya itu, yaitu Yahudi Israel atas dukungan saudaranya, AS dan kawan-kawan.
Mari dukung dan gemakan ujaran Dr. Yusuf Qardhawi: one man, one dollar. Satu orang, sepuluh ribu rupiah.
----------- * ------------
Hal sejenis terjadi di Palestina; ada warga Palestina yang benci Hamas tapi berterima kasih kepada Israel lantaran Jalur Gaza dikembalikan kepada Palestina tanpa berpikir ada udang di balik batu. Padahal Gaza bukan hal utama (2% dari jajahan Israel), melainkan Tepi Barat, Yerussalem. Apalagi itu baru tanahnya, belum wilayah udara dan pelabuhannya. Sepekan kemudian dengan santai zionis membombardir Gaza lewat F16 seperti dulu mereka membom kamp Shabra-Satila yang menewaskan ribuan pengungsi wanita, balita dan anak-anak....
-------------------------- *----------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar