• L3
  • Email :
  • Search :

1 Mei 2006

BBM Susut? BB Tahu!

BBM susut.... BBM mahal. Pencarian energi baru menjadi marak. Sebenarnya banyak energi alternatif yang potensial dijadikan energi substitusi seperti energi surya, angin, pasang surut, air atau bahkan energi petir sekalipun. Tinggal masalahnya, bagaimana teknologinya agar energi tersebut dapat dikonversi menjadi energi lain yang bisa kita manfaatkan. Adapun kayu bakar, sumber energi tertua yang dikenal manusia, nyaris habis dan hutan telah berubah menjadi hutan beton.

Ada satu sumber energi yang dapat dimanfaatkan minimal dalam skala rumah tangga, yaitu energi dari limbah tahu. Energi ini lumayan banyak dikenal masyarakat seperti mereka mengenal tahu. Tak satu pun orang Indonesia yang tak kenal tahu. Pabriknya ada di seluruh Indonesia. Di Jawa Barat, yang terkenal sebagai sentra tahu adalah Sumedang. Julukannya: tahu Sumedang. Rasanya asin-asin kenyal, nikmat dimakan dengan lontong. Bisa habis satu besek jika baru kali pertama memakannya.

Tapi sayang seribu sayang, rasanya yang khas itu dinodai oleh limbahnya yang busuk. Ini berkaitan dengan proses pembuatannya yang banyak melibatkan air sehingga air limbahnya kaya zat organik. Jika dibuang ke sungai, selokan, rawa atau badan air lainnya, dipastikan mencemarinya lantas membasmi kehidupan air (aquatic life). Dosalah, dosa ekologi bagi semua pemilik pabrik tahu jika mereka tak jua mau melengkapi pabriknya dengan IPAL.

Punya IPAL, Hasilnya Bahan Bakar
Untung berlipat jika punya IPAL. Selain peduli ekologi, sayang lingkungan, tak dicap berdosa, juga memperoleh bahan bakar. Bahan bakar ini pun bisa digunakan untuk pabrik. Ada siklus manfaat, jalinan mutualisme.

Semuanya berawal dari limbah. Seperti umumnya limbah, sifat air limbah tahu pun dikelompokkan menjadi tiga macam. (1) Sifat fisika: terdiri atas temperatur (25-35 derajat Celcius), warna putih, asam, keruh karena kaya koloid dan zat tersuspensi. (2) Sifat kimia: bergantung pada zat organik (karbohidrat, protein, lemak) dalam kedelai sedangkan zat anorganik bergantung pada kualitas air yang digunakan. Umumnya zat anorganik cukup rendah dan tak ada logam berat. Kisaran pH-nya 4-7, ada gas CO2 dan CH4/metana. (3) Sifat biologi meliputi semua mikroba: virus, bakteri, jamur, protozoa, metazoa dll.

Berikutnya adalah unit operasi-proses yang digunakan. Unit ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni fisika, kimia dan biologi. Karena mahal, unit proses kimia biasanya ditiadakan. Yang ada hanyalah fisika dan biologi.

(1) Unit sedimentasi. Sebagai pengendap pasir, kerikil dan partikel kasar yang mungkin ada dalam air limbah. Unit ini dapat pula menyeragamkan beban air limbah sebelum masuk ke unit anaerob. Tapi jika dana memungkinkan, buatlah unit equalisasi sebelum unit sedimentasi ini. Waktu tinggal (detention time) air limbah di bak ini harus diatur agar tidak terjadi pembusukan.

(2) Unit anaerob. Bakteri yang berperan di sini adalah bakteri metanogenik seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, Methanosarcina. Ukuran atau dimensi bak ini bergantung pada debit air limbah per hari. Rentang waktunya antara 10-20 hari. Jika air limbah yang dihasilkannya 5 m3 per hari maka volume digesternya 50 -100 m3. Agar efisiensinya meningkat sebaiknya bak dilengkapi dengan pengaduk atau diberi sekat-sekat zig-zag.

(3) Unit peresap. Gunanya untuk menampung air limbah yang sudah diolah. Di bagian dasar bak ini diberi ijuk dan koral agar peresapan berjalan baik. Efluen unit ini bisa langsung dibuang ke sungai dengan syarat kadar zat organiknya sudah rendah.

Pada proses tersebut dihasilkan metana atau gas rawa karena banyak dihasilkan di rawa-rawa akibat dekomposisi anaerob. Gas ini ditampung dengan wadah berupa tabung atau drum yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Gas dapat menembus lubang yang sangat kecil sekalipun, jadi jangan ada yang bocor dan sebaiknya semua sambungan dilas. Gas tampungan dapat digunakan untuk keperluan dapur. Komposisi gas yang normal proses ini adalah 60% - 70% metana dan 30% - 40% CO2.

Hasil optimal dapat dicapai dengan mengatur temperatur digester antara 30 - 45 derajat Celcius (mesofilik) dan pH antara 7 - 8. Karena proses ini adalah beternak bakteri maka harus selalu dikontrol agar tak ada limbah B3 seperti pestisida, deterjen, pembersih lantai dll yang masuk ke instalasi. Manfaat lainnya: tak terjadi pencemaran sungai, hemat bahan bakar terutama pada saat krisis BBM ini.*

1 komentar:

  1. ternyata banyak juga alternatif pengganti bensin ya! kalo gitu kita gak pelu kuatir kehabisan minyak bumi dong!!!
    kalo ada informasi atau penjelasan lebih lanjut tentang artikel ini email aku dong di dja_blay@yahoo.com thanx

    BalasHapus