• L3
  • Email :
  • Search :

18 April 2006

Belajar Menulis Lewat Peta-Pikiran, Jaring-Ide

Artikel yang berjudul Ingin Menulis? Mulailah Dari Peta-Pikiran rupanya belum jelas dari sudut teknis. Ada rekan yang bertanya lebih lanjut dan ingin penjelasan gamblang tanpa tedeng aling-aling. Ia ingin contoh paripurna, contoh yang betul-betul dapat dilihat, dirasa, disentuh, dan tentu saja dipahami. Itu sebabnya, saya tulis lagi artikel lanjutannya. Agar to the point, saya langsung saja pada pokok materinya.

Ada pertanyaan, apakah saya setia menggunakan Peta-Pikiran (selanjutnya disingkat PP) dalam menulis? Saya jawab, saya tidak setia. Tak selalu setia. Apalagi dalam arti saya menuliskannya dulu di secarik kertas kosong lebar, lalu sedikit demi sedikit merinci ide-ide yang hadir di pikiran. Yang saya lakukan pada saat ini, termasuk ketika menulis artikel ini, saya hanya menuliskannya sedikit saja di secarik kertas lalu pikiran saya membuat ide dan cabang-cabangnya. Dari sinilah saya bertolak menuju isi cerita atau artikel yang saya tulis. Boleh dikatakan, saya membuat PP di pikiran saya, secara maya saja dan otomatis sangat cair, mudah berubah dalam hitungan detik. Tapi dulu, ketika saya baru belajar menulis, saya membuat outline dulu, bukan PP karena saya belum tahu istilah PP.

Sebetulnya saya tak terlalu mengikuti pola PP seperti aslinya. Saya lebih suka hasil modifikasinya yang dibuat berdasarkan pengalaman. Lebih senang saya menggunakan istilah Jaring-Ide (Ideanet). Kenapa demikian? Dalam anggapan saya, setiap tulisan, apapun ujudnya, dimulai dengan mengumpulkan atau menjaring ide, pokok pikiran, topik, sejumlah judul dan subjudul. Ini mirip dengan menjaring ikan. Mungkin saja kita mendapat ikan besar, ikan kecil, ada udang, ada kepiting, mungkin batu, kayu, sampah, lumpur, dan lain-lain. Dari semua tangkapan itu kita lantas memilihnya sesuai dengan kebutuhan. Boleh jadi ada yang dibuang, dan jangan-jangan tanpa diduga ada juga satu benda (ide) yang sangat berharga seperti emas (tulisan bernas) misalnya.

Kecuali itu, Jaring-Ide (disingkat JI) juga membantu kita menjabarkan ide dalam bentuk saling terkait. Dalam hal ini, JI tak hanya berbentuk seperti PP, tapi lebih daripada itu. Dalam artikel sebelumnya saya umpamakan PP itu dengan pipa distribusi PDAM yang Dead End Pattern. Sebetulnya tak hanya Dead End Pattern, tapi pola Loop pun bisa juga digunakan. Malah pola Loop ini jauh lebih baik daripada pola Dead End dalam jaringan pipa PDAM, terutama untuk kota-kota besar yang jutaan penduduknya. Oleh sebab itu, pola JI ini saya anggap lebih leluasa dalam menjaring ide dan menyebarkan ide. Bisa seperti PP yang bercabang-cabang, tapi bisa juga saling berhubungan seperti pipa PDAM di kota besar yang saling terkait.

Tidakkah menjadi lebih rumit? Betul, memang lebih banyak garis dan ide yang ditulis. Namun keuntungannya, pikiran kita bisa saling terkait dengan ide-ide lainnya, bahkan dengan ide kecil yang dikira tak berguna sama sekali. Misalnya, lumpur atau sampah dalam contoh menjaring ikan di atas. Siapa bilang lumpur dan sampah tak bermanfaat? Bisa saja asalkan kita mampu membuatnya bermanfaat. Lumpur bisa mengisi daerah legok dan sampah bisa dijadikan kompos atau produk lainnya. Jadi, kembali pada diri kita sebagai penulis, apakah mampu mengoptimalkan hasil tangkapan itu atau hasil jaringan itu. Semuanya bisa digunakan dengan kemampuan olah pikir yang kita miliki.

Baiklah, kita beralih ke contoh. Yang saya tunjukkan di sini adalah gabungan antara PP dan JI. Saya lebih suka menyebutnya dengan Jaring-Ide (Ideanet). Agar mudah, contoh yang saya buat ini terkait dengan milis di mana pertanyaan itu muncul, yaitu penulislepas@yahoogroups.com.

Membuat Jaring-Ide.
Mari mulai membuat JI tentang milis tersebut. Silakan ambil kertas kosong, yang bekas juga boleh. Tulislah kata Penulislepas atau PL di tengah-tengah. Kenapa di tengah-tengah? Agar kita leluasa bergerak di sekujur ide utama. Lalu cobalah mengingat-ingat, apa saja yang berkaitan dengan milis tersebut. Misalnya terbayang pengelolanya, tulislah kata Jonru di kiri PL (di kanan, di atas, di bawah juga boleh. Bebas-bebas saja). Coba ingat apa saja yang terkait dengan Jonru. Alamat blognya! Betul, tulislah! Idenya tentang gathering PL di Bandung, tulis juga tanggapan anggota milis, dll. Tulis juga tentang posting Jonru dan forward-forward-nya. Semua ide itu dihubungkan dengan garis. Ide utama dan subnya boleh dilingkari, dikotaki, diellipsi, diwarnai, atau digambari dengan gambar apa saja, khususnya yang terkait dengan ide atau subidenya. Ini untuk memancing potensi otak kanan.

Setelah itu cobalah ke atas PL. Tulis kata posting lalu kotaki atau bentuk grafis lainnya. Buatlah jenis posting seperti cerpen, puisi, artikel, spam, iklan, dll. Boleh dilengkapi dengan nama orang yang senang posting puisi, cerpen, artikel, dll. Puisi, cerpen, artikel apa yang terbanyak, apa yang tersedikit, apakah genre remaja ataukah dewasa, atau perihal politik, ekonomi, atau lingkungan? Iklan juga bisa dirinci lagi dengan iklan diri anggota milis, iklan penerbit, iklan percetakan, bahkan iklan money game yang sesekali muncul juga. Termasuk iklan lowongan kerja menjadi penulis buku, wartawan dll. Topik atau isu hangat apa saja yang paling sering dibahas di milis juga bisa ditulis. Misalnya, RUU APP atau pembajakan buku. Dalam diskusi-diskusi itu, topik apa saja yang paling keras diskusinya dan melibatkan siapa saja. Dan seterusnya... dan selanjutnya.

Mari beranjak ke bagian kanan PL. Tulislah kata motif. Boleh dilingkari, diellipsi, dikotaki atau diwarnai. Isilah dengan kata atau frase: ingin belajar menulis, ingin dikenal orang, ingin banyak teman, ingin berbagi ilmu, mengisi waktu luang, mempelajari karakter orang, mencari pekerjaan, dll. Silakan diteruskan sesuai minat masing-masing. Silakan juga dirinci setiap motif di atas sesuai dengan keinginan kita. Dapatkah diketahui motif peserta milis? Dari mana datanya? Bagaimana cara mendapatkannya? Berapa lama mereka bertahan menjadi anggota milis? Ini juga berkaitan dengan motif mereka ikut milis tertentu.

Yang terakhir (tapi ini terakhir di contoh tulisan ini saja, sebab masih bisa diperluas terus sesuai dengan keinginan kita), tulislah kata anggota lalu lingkari. Di bawahnya, tulislah domisili lalu diurai lagi menjadi luar negeri dan dalam negeri. Di LN bisa dirinci dengan nama-nama negaranya, dan di DN bisa disebutkan provinsi, kabupaten-kota, kecamatan, desa tampat tinggal anggotanya. Data ini bisa didapat di pengelola milis. Buatlah persentasenya. Begitu pun soal pendidikan. Tulis persentase anggota yang berpendidikan SMA (SMK) ke bawah, Universitas (S1, S2, S3). Rentang usia juga bisa dimasukkan. Jendernya juga demikian, berapa persen lelaki, berapa persen perempuan. Dari sekian banyak anggotanya, apa saja jenis pekerjaannya. Silakan tulis PNS (pemda, dosen, guru), swasta, wiraswasta, penerbit, percetakan, direktur, manajer, murid, mahasiswa, wartawan koran-majalah, atau belum bekerja. Masukkan juga anggota yang aktif berapa persen dan yang pasif berapa persen.

Begitulah seterusnya. Setelah semuanya selesai atau dianggap selesai dan kita sudah menemukan sesuatu yang ingin ditulis, cobalah mulai menulis secara lepas tanpa kekangan. Lepas saja. Pada tahap awal, jangan peduli pada kesalahan ejaan, kesalahan istilah dan kesalahan kata. Pokoknya tulis dan tulis saja. Bisa dimulai dari mana saja. Boleh dari ide utama, yaitu PL, boleh dari cabang ide, juga boleh dari ranting ide. Dari mana saja. Maka, ketika sudah mencapai taraf “cuek” seperti ini, berarti kita sudah meluapkan emosi kita dalam menulis. Ini disebut Emotional Writing.*

Membuat Tulisan.
Berikut ini saya sertakan contoh tulisan hasil pengembangan Jaring-Ide yang dibuat di atas. Judul tulisan kita, misalnya: Milis Penulislepas. Tulisan ini dimulai dari kiri PL, yaitu cabang Jonru. Kita bisa mulai dari mana saja, terserah kita. Dari pusat PL, dari cabang atas, kanan, bawah, atau dari ranting-rantingnya. Dari mana saja boleh dan hasilnya adalah tulisan unik kita. Khas diri kita masing-masing, dengan diksi dan gaya tutur masing-masing. Pasti 100% tak ada yang sama walaupun tema dan JI-nya sama.

Dicoba, mari dicoba.*

Milis Penulislepas
Oleh......... (yang bersangkutan)

Siapa yang tak kenal milis Penulislepas? Barangkali orang yang tak suka menulis saja yang tak kenal. Yang suka menulis apalagi sehari-hari terlibat dalam kerja-tulis, pasti tahu milis ini. Minimal pernah dengar. Sebagai milis kepenulisan, isinya tentu saja berkaitan dengan menulis dan membaca. Siapa pengasuhnya? Siapa lagi kalau bukan Jonru. Ia bisa ditemui di blognya, misalnya di http://jonru.multiply.com. Admin PL ini sekarang sedang menggagas temu anggota milisnya alias gathering di Bandung. Rencana gathering itu telah diawali dengan temu online atau konferensi di dunia maya pada Kamis sore, 13 April 2006 (ini saya baca kemarin di milis). Hasilnya? Kita tunggu saja atau kita sebagai anggota milis mau proaktif membantu? Bagaimana respon anggota? Ada waktu? Entahlah, tak semua orang memang bisa punya kelapangan waktu. Tapi kalau ingin, tentu bisa-bisa saja dipaksakan sedikit. Selain itu, Jonru juga sering posting yang bisa dibaca di blognya. Ia pun kerapkali mem-forward artikel yang terkait dengan kepenulisan. Jadi, yang tak sempat atau tak ikut milis lain bisa tahu juga ilmu dan informasi dari milis lain atau dari situs lain.

Ciri khas milis adalah posting. Sesuai dengan namanya, posting yang terbanyak adalah tulisan dalam ujud cerpen, puisi, artikel, dan bahkan spam. Hanya saja, entah kenapa, cerpen, puisi, dan artikel itu jarang diapresiasi. Paling hanya komentar-komentar pendek saja. Tak ada waktu? Atau tak paham isinya? Respon ternyata sangat-sangat sedikit. Yang paling banyak direspon dan didiskusikan adalah posting yang terkait dengan berita kekinian (current issue) di media massa. Misalnya, RUU APP. Topik ini luas dibahas, tak hanya di milis ini, tapi juga di milis lain. Ada juga yang lumayan ramai dikupas, yaitu pembajakan buku. Selain jenis posting di atas, ada juga tentang buku yang diposting penerbit. Juga ada iklan buku oleh toko-toko buku dan penulisnya. Posting tentang kualifikasi sebagai penulis, wartawan, editor, penulis lepas di koran dan majalah, atau penulis yang baru mulai belajar menulis juga ada. Jika dilanjut, akan menarik kalau ada upaya meneliti jenis-jenis posting tersebut karena dapat memberikan gambaran nyata perilaku miliser di milis ini.

Tampak bahwa beragam sekali jenis posting di milis ini. Akarnya adalah motif masing-masing. Apa saja motif miliser yang posting hal-hal di atas? Bisa saja mereka bermotif ingin mengisi waktu luang ketika senggang di kantor atau di rumah. Juga ada yang ingin mengenal karakter orang, ingin punya banyak kawan. Ada juga yang ingin belajar menulis sehingga selalu ingin tulisannya direspon. Tapi nyatanya, sedikit sekali yang mau merespon dan sampai-sampai ada yang memohon agar direspon. Budaya malu-malu dan takut memang masih lekat di hati kita. Kita sering salah tingkah dan grogi jika ingin berkomentar. Ada satu resep, yaitu sepedas apa pun komentar atau kritik orang terhadap tulisan kita, sebaiknya diterima saja dan tak usah putus asa. Perbaiki terus, evalusi di mana kekurangannya. Malah kalau beruntung, yang mengritik akan menunjukkan di mana letak kekurangannya, sekaligus memberikan solusinya. Sebagai penulis, kita sungguh beruntung ada orang yang tak dibayar mau menilai dan mengevaluasi naskah kita. Itu sebabnya, kita wajib berterima kasih kepadanya. Lalu apa lagi motif miliser? Betul, berbagi ilmu. Latar belakang miliser sangat beragam sehingga beragam pula ilmu dan beragam pula kekurangan masing-masing. Wajar mereka ingin berbagi sekaligus mendapat bagian ilmu lain dari miliser lain. Sangat boleh jadi ada juga motif ingin dapat pekerjaan, entah itu pekerjaan apa. Dan ini sah-sah saja. Atau ingin dapat jodoh?

Yang terakhir adalah perihal anggota. Dari sekian peserta milis, ternyata yang aktif posting dan berdiskusi hanya 40%. Yang pasif 60% dan umumnya menjadi pembaca setia saja. Itu pun tidak setiap hari bermilis. Dari sekian yang aktif itu, jenis posting terbanyak adalah puisi. Yang paling rajin posting puisi adalah Fulan. Dalam satu minggu bisa dua kali dia posting puisi. Ranking kedua adalah cerpen, dilakoni oleh Fulanah. Posting artikel di posisi terendah dan biasanya dikirim oleh Fulan bin Fulan. Yang paling ramai diposting adalah isu hangat, misalnya RUU APP atau masalah pornografi. Maklumlah, di Jakarta sedang ramai dibahas topik tersebut.

Dari sekian jumlah anggotanya, yang terbanyak ternyata tinggal di Indonesia. Ada juga yang berdomisili di luar negeri, misalnya di Jepang, Hong Kong, dan Belanda. Di dalam negeri, anggotanya terbanyak tinggal di DKI Jakarta, lalu diikuti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Di Jawa Barat, banyak miliser tinggal di Bandung dan Sumedang. Ini mungkin terkait dengan lokasi kampus. Distribusi pendidikan ini perlu juga dicantumkan dan datanya bisa diperoleh di pengelola milis. Dari sisi jendernya, ternyata 55% miliser adalah perempuan. Hanya 45% lelaki. Bedanya 10%. Apakah ini berarti perempuan lebih terbuka diskusi di dunia maya? Entahlah. Berdasarkan usianya, miliser di sini rata-rata berusia antara 30-40 tahun. Ini yang terbanyak. Yang kedua antara 20-30 tahun, dan yang ketiga berusia di atas 40 dan di bawah 20 tahun.

Demikianlah, semoga bermanfaat.*


Catatan penting!
Semua angka yang saya tulis di atas, kecuali tanggal konferensi rencana gathering, hanyalah karangan saya saja. Dengan kata lain, semua angka tersebut tidak betul. Ditulis hanya untuk keperluan contoh artikel dalam menerapkan PP atau JI. Sekali lagi, data di atas hanyalah khayalan. Hal yang sama juga berlaku pada nama negara, provinsi, kota dan kabupaten. Semuanya karangan saya saja. Demikian dan harap maklum.

Salam.
Gede H. Cahyana

1 komentar:

  1. tulisan anda menarik.
    jadi pengen bereksperimen.


    salam kenal,
    usep suhud.

    BalasHapus