21 April 2006
Kartini, Mak Eroh, Rachel Carson
Tolong, jangan kebaya yang diingat jika ingat Kartini. Tolong, jangan sanggul yang dipakai saat Hari Kartini. Bukan tidak boleh memakai atribut itu, tapi ada yang jauh lebih penting dan lebih hormat dan sayang pada bunda kita itu. Cobalah ingat betapa Kartini ingin semua orang menjadi terpelajar, sekolah setinggi-tingginya. Bahkan, dan ini patut dicontoh, Kartini mendirikan sekolah (kelas kecil) (5 Juli 1903, A. Mansur Suryanegara).
Kartini juga melawan adat yang menyudutkan posisi perempuan. Kartini ingin kaumnya bernilai tinggi seperti tingginya nilai perempuan di dalam Qur’an (surat keempat dinamai Annisaa’ atau perempuan). Dan Kartini tegas-tegas melawan penjajah Belanda sampai-sampai jujur ia tuturkan kepada sahabatnya, Zeehandelaar. Ia pun mengritik pedas penjajah atas sikap diskriminasinya terhadap pribumi, terutama kalangan pegawai yang jabatannya di bawah bupati. Mereka disuruh duduk di lantai sedangkan orang Eropa, termasuk anak-anaknya, duduk di kursi.
Bunda bunga bangsa, dikenang selalu, setiap 21 April. Bundalah suvenir dari abad ke-19.
Jika bukan kebaya, bukan sanggul, lalu apa yang mesti dilakukan? Mudah sekali. Cobalah, apa saja, asalkan bermanfaat. Tak peduli setingkat, RW atau RT. Berbuatlah wahai perempuan Indonesia, minimal seperti apa yang diperbuat oleh Mak Eroh. Tentu bukan materi-kerja yang dilakukan Mak Eroh yang ditiru, melainkan spirit juangnya.
Betapa tidak, Mak Eroh adalah pahlawan hijau. Ialah suvenir dari abad ke-20, minimal di hati warga Desa Pasirkadu. Beliau meninggal dalam usia 70 tahun, September 2004. Namanya memang tak seharum Kartini. Namun patut diingat, besok, tanggal 22 April adalah Hari Bumi (Earth Day) yang ke-36. Dan Mak Eroh tercatat dalam sejarah lingkungan Indonesia sebagai peraih Kalpataru 1988, sebuah award prestisius bidang lingkungan. Beliau “identik” dengan lingkungan walaupun tak tahu menahu soal program lingkungan dan tak paham teori-teori lingkungan.
Dulu, Mak Eroh hanya mengayun cangkul. Cangkul... cangkul... cangkul yang dalam. Nalurinya saja yang dituruti, mencangkul selangkah demi selangkah, peluh membasahi tubuh rentanya. Habis-habisan tenaganya dikuras untuk membuat saluran air selama berminggu-minggu. Ketika saluran itu mencapai 2 km dan sudah 47 hari mengayun pacul, barulah warga desa membantunya. Mulanya mereka mencibir, mencemooh dan bahkan menganggapnya gila. Kini, lantaran “Mak Eroh Aquiduct” itulah desanya menjadi hijau.
Ada satu lagi perempuan yang patut diingat, seorang bule, yaitu Rachel Carson, ibu rumah tangga yang menulis buku tentang lingkungan dan langsung menghentak jagat ekologi. Bukunya itu, The Silent Spring (Musim Bunga atau Semi Yang Sepi), memberi Gaylord Nelson inspirasi untuk membesut Hari Bumi setelah orasi ekopolitiknya di Seattle tahun 1969. Lalu, 20 juta orang ikut dalam deklarasi Earth Day pada 22 April 1970.**
Selamat Hari Kartini, 21 April 2006.
Selamat Hari Bumi, 22 April 2006.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar