• L3
  • Email :
  • Search :

24 April 2006

SAMPAH: Syukur Aku Makin Paham Arti Hidup

Adakah orang yang tidak menghasilkan sampah? Yakin 100% aku menjawab tidak. Tak ada orang yang tidak menimbulkan sampah. Bahkan jasadnya pun penuh dengan sampah dan kotoran. Semua lubang di tubuhnya adalah sumber sampah dan kotoran yang kalau jarang dibesihkan akan bau. Tak hanya jasadnya, ruhaninya pun bisa kaya sampah seperti halnya pikiran. Pikiran sampah, pikiran yang nihil manfaatnya. Ruhani sampah, ruhani yang sarat penyakit hati. Ada satu resep mencuci sampah hati, yaitu qalbun salim atau kelola-kalbu. Manajemen kalbu.

Lantas ada pertanyaan, betulkah sampah tidak berguna? Bagiku, sampah adalah singkatan dari syukur aku makin paham arti hidup. Artinya, aku terus berupaya memahami makna hidup ini, hidup yang pendek ini. Dan setahuku, ini kata orang bijak bestari, orang-orang yang paham arti hidup justru akan seperti orang yang tak tahu apa-apa. Ia terapkan ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Dalam kemerundukannya itu dia terus saja menebarkan berkah berupa nasi dan gizi. Mungkin ada yang suka menerima suguhannya, mungkin juga ada yang menolaknya. Tapi orang-orang yang berstatus pemberi pasti merasa tidak dirugikan ketika pemberiannya ditolak. Dia tetap akan memberikannya kepada orang lain, orang yang mau menerimanya. Pasti ada yang mau menerimanya di antara 6,5 milyar manusia di Bumi.

Selanjutnya, sampah adalah kependekan dari syukur aku masih punya asa hidup. Punya asa berarti punya spirit, punya semangat hidup, yakni semangat berbagi. Orang yang mampu berbagi hanyalah orang yang memiliki sesuatu. Tak mungkin orang bisa berbagi tanpa punya benda, baik benda konkrit maupun benda abstrak. Kedua jenis ujud benda itu harus juga yang bermanfaat bagi orang lain. Yang bermanfaat, misalnya makanan-minuman halal dan toyib, uang halal, buku positif, termasuk juga sampah dalam arti sebenarnya yang dikupas di alinea di bawah ini. Ilmu, sains, teknologi, wawasan, ide, gagasan dan agama adalah benda abstrak yang sangat berguna jika dibagi-bagikan kepada orang lain, syahdan orang itu menerima atau menolaknya. Andaipun ditolak, amal baik telah tercatat kuat di buku Sang Kreator untuk dievaluasi pada Hari Penentuan. Jadi, tak ada ruginya berbagi apa saja, berbagi hal-hal baik.

Itulah makna konotasi sampah. Dalam makna denotasinya, sampah selalu dibuang orang lantaran dia belum tahu manfaatnya secara ekonomi. Jika dia tahu di dalam sampah tersembunyi uang misalnya, tentu sampah itu tak dibuangnya. Boleh jadi dia jual kepada pemulung atau penampung sampah untuk diproses lebih lanjut. Bagaimana dengan sampah busuk? Ini juga bermanfaat meskipun jarang yang mau memulungnya. Tapi sampah busuk ini bisa dijadikan pupuk. Bahkan kotoran pun, kotoran apa saja, misalnya kotoran sapi, bisa dijadikan pupuk, pencetus pupuk kompos. Jadi, sampah itu masih kaya manfaat jika kita berupaya memanfaatkannya. Pendeknya, tak ada di dunia ini yang tak bermanfaat. Tinggal kita saja kuncinya, apakah bisa memanfaatkannya atau tidak.

Secara ringkas, inilah guna sampah. (1) pupuk organik atau kompos untuk tanaman sayur dan buah-buahan; (2) bahan urugan daerah rendah lalu bisa dijadikan daerah permukiman, bisa juga untuk reklamasi pantai; (3) sumber energi biogas yang dapat ditampung dan digunakan untuk keperluan dapur;( 4) penggembur atau penyubur tanah sehingga memperkecil limpasan langsung air hujan; (5) rejeki bagi pemulung dengan cara sortasi sekaligus membantu proses daur ulang.

Ada ungkapan begini. Cobalah selalu memberi, memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Kalau kita diberi sampah (apalagi kotoran) cobalah berpikir positif apa saja yang bisa dimanfaatkan dari sampah (kotoran) itu. Bisa dijual (misalnya sampah kertas, plastik, botol, dll), bisa dijadikan pupuk atau kompos untuk sampah busuk/kotoran. Jadi, pasti ada gunanya dan tak usah marah-marah. Malah harus berterima kasih diberi modal usaha berbuat baik, menebarkan benih pahala. Balaslah keburukan itu dengan kebaikan. Membalas kebaikan dengan kebaikan, ini sudah lumrah. Yang berat adalah membalas keburukan dengan kebaikan. Tapi hasilnya.... nikmat tenan... (kata Paijo Londo).

Jadi, selalulah memberi. Memberi dan berbagi. Memberikan sesuatu yang baik, apapun ujudnya. Salah satunya berupa saling menasihati dalam kebenaran, saling menasihati dalam kesabaran.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar