Dari Maslow, Zohar-Marshall hingga PDAM
Oleh Gede H. Cahyana
Adakah yang tak perlu makan, minum, pakaian, berkawan, bermasyarakat?
Berkaitan dengan keperluan atau kebutuhan hidup manusia, Abraham Maslow menatanya dalam ujud piramid. Tatanan berlapis-lapis ini didasarkan pada latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang dikenal dengan hirarki Maslow. Kelima hal itu adalah:
1. Fisiologis. Kebutuhan dasar dan utama agar metabolisme dapat berlangsung di dalam tubuh sehingga sel mendapatkan suplai atau catu nutrien yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air.
2. Rasa aman. Semua makhluk punya keperluan agar hidupnya tak diganggu oleh yang lain dan telah diberikan alat dan perangkat yang dapat melindungi dirinya dan spesiesnya dari kepunahan. Manusia perlu rasa aman agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara optimal.
3. Sosial. Semua makhluk butuh interaksi dengan makhluk lain. Binatang butuh pasangan untuk bersama-sama melindungi dirinya dari sergapan atau gangguan binatang lain dengan cara hidup berkelompok dan punya isyarat tertentu untuk berkomunikasi. Apalagi makhluk yang bernama manusia. Dia membutuhkan lebih dari sekedar itu. Selain rasa aman, manusia perlu pengakuan keberadaannya dari masyarakat, mempunyai rasa memiliki terhadap suatu benda yang didapat dengan perjuangan dan hidup berkelompok dalam suatu struktur organisasi kemasyarakatan seperti RT, RW, Kelurahan, Kota, Provinsi dan Negara serta hubungan antarnegara.
4. Harga diri/status. Di sinilah kelebihan (atau mungkin kekurangan) manusia atas makhluk lain. Manusia punya rasa untuk memberikan nilai yang tinggi pada eksistensinya. Dia ingin dihormati oleh yang lain, bahkan sampai memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Tetapi segi positif dari harga diri manusia adalah dia akan selalu berlomba menjadi yang terbaik dan mendapat pengakuan dari yang lain.
5. Aktualisasi diri. Dianggap sebagai kebutuhan terakhir atau puncak manusia. Ia selalu ingin meningkatkan kemampuannya sehingga terjadi pengembangan Iptek yang menjadi cermin potensinya. Dia akan dapat memajukan hirarki kebutuhan yang lainnya dengan penambahan pada kualitas dirinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan konsumsi masyarakat terhadap suatu produk.
1. Biosistem; kebutuhan manusia yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, kebutuhan laki-laki umumnya berbeda dengan perempuan, perbedaan iklim; tropis, sedang, dingin; akan membedakan kebutuhan makan, minum, pakaian dan perumahan.
2. Psikosistem; kebutuhan yang dilandasi oleh adanya dorongan atau motivasi dari dalam diri seseorang yang merupakan aspek kejiwaan. Lingkupnya adalah kebutuhan pendidikan, pengembangan aspek kognitif yaitu pengembangan belahan otak bagian kiri yang merupakan aspek pikir dan kebutuhan aspek spiritual yang dilakukan oleh otak bagian kanan yaitu aspek zikir. Aspek ini berhubungan dengan kognitif/ penalaran, afektif/rasa dan psikomotorik/ gerak tindakan sebagai satu kesatuan.
3. Sosio-kultural; kebutuhan hubungan antar manusia yang berlangsung secara alamiah seperti adat istiadat, kebiasaan, budaya dan perdagangan atau sering disebut sebagai kegiatan perekonomian.
Lain Maslow, dia hidup di masa lalu, lain pula Zohar-Marshall yang hidup pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ini. Bagaimana pendapat mereka atas Piramid Maslow? Mereka ternyata membalik piramid itu. Puncaknya berada di bawah dan harus ditempuh atau dipenuhi dulu sebelum kebutuhan yang lainnya. Ini terobosan berpikir yang tak semua orang membayangkan sebelumnya. Tak semua orang mampu kreatif mengutak-atik sesuatu yang seolah-olah sudah begitu adanya, seakan-akan tak bisa diubah.
Lantas, bagaimana dengan Piramid PDAM?
Saya pun akhirnya tergelitik untuk membalik Piramid PDAM. Hasilnya ternyata mencengangkan. Dalam posisi terbalik, K, Konsumen atau pelanggan yang mulanya di atas pindah ke bawah sekaligus berarti reparasi PDAM dimulai dari pelanggannya. Aneh memang. Kenapa pelanggan yang direparasi? Sebab, pelanggan berperan dominan dalam melestarikan PDAM. Tanpa pelanggan tak mungkinlah PDAM bisa eksis. Siapa yang membeli airnya jika bukan pelanggan?
Pelanggan, dalam hal ini rakyat, justru menjadi “bos” anggota DPR/D. Pelanggan, apalagi kalau bergabung dalam asosiasi pelanggan, akan kuatlah posisinya dalam menekan DPR/D agar peduli pada PDAM sekaligus mempengaruhi eksekutif, yaitu bupati-walikota.
Pelanggan pun bisa menjadi “polisi” yang mengawasi sumber air baku PDAM. Pelanggan dapat mengawasi pabrik dan masyarakat agar tak mengotori air dan melindungi hutan sebagai zone tangkap-resap (tangsap) air hujan.
Pelanggan pun bisa menjadi “jaksa” yang menuntut orang dan pabrik pencemar lingkungan dengan cara men-datangi pabriknya tanpa anarkhistis. Begitu pun, pelanggan bisa menjadi “hakim” bagi perusak lingkungan dengan “mengadili” pabrik pencemar lingkungan lewat boikot atas produknya.
Apabila semua hal di atas bisa dilakoni oleh asosiasi pelanggan otomatis dinding piramid A, I, R dan T dapat dicapai sehingga kualitas air menjadi Aman, Isinya sesuai standar kebutuhan, dan Rutin tersedia 24 jam. Lalu T (Tarifnya) sesuai dengan kemampuan pelanggan secara rata-rata karena DPR/D sudah pula “dikuasai” oleh rakyat (pelanggan). Suara rakyat, suara dewan.
Yang terakhir, dampaknya pasti menguntungkan PDAM, yaitu P (Pegawainya) sejahtera, D (Desainnya) bisa dikembangkan menjadi lebih baik karena PDAM punya dana akibat kemajuan yang dicapainya sehingga luas A (Area servisnya) bertambah yang berdampak pula pada pola hidup higienis-saniter. Dengan semua keteraturan itu akhirnya M (Manajemen) otomatis membaik.
Jika demikian, mengapa PDAM tak mencoba membalik Piramid PDAM dan pemerintah pusat dan DPR mendukungnya lewat undang-undang? Kalau PDAM tak mau “membalik” dirinya, suatu saat boleh jadi pelangganlah yang membalik PDAM, baik dalam arti positif maupun negatif.
Bagaimana pendapat saya? Saya setuju saja pada kedua posisi Piramid PDAM itu. Yang normal seperti Maslow boleh-boleh saja; yang dibalik seperti Zohar-Marshall juga bagus-bagus saja. Yang terpenting ialah aksinya agar didapat reaksi positif bagi PDAM dan pemangku (stakeholders) PDAM.
Demikian.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar