Saya memang sering mengritik Perpamsi. Lebih sering lagi saya mengritik PDAM. Tapi justru karena saya merasa ikut memilikinya. Teman-teman saya banyak yang bekerja di PDAM, banyak juga yang bekerja di konsultan dan menjadi rekanan dalam projek di PDAM. Mantan mahasiswa saya pun banyak yang bekerja di PDAM.
Apalagi PDAM selalu terkait dengan Teknik Lingkungan. Di sekujur kurikulum TL penuh dengan air, baik air limbah maupun air bersih. Dan mayoritas skripsi alumni TL berporos pada desain instalasi pengolahan air, selain di bidang riset. Maka, sering saya katakan, PDAM adalah sahabat TL. Kerapkali saya berkata, di mana nanti bekerja jika tak ada PDAM? Ada yang lugas menjawab, "Di konsultan."Atau, "Di kontraktor." Tapi saya balik berkata, "Kan PDAM sudah tidak ada. Kalau tidak ada berarti tak ada pekerjaan untuk konsultan dan kontraktor." Mendengar itu, mereka pun diam.
Tak hendak saya berpanjang kata di sini. Satu saja ucapan saya, SELAMAT. Semoga Graha Perpamsi yang sedang dibangun di Kali Malang selesai tepat waktu. Sudah selayaknya Perpamsi punya gedung yang "representatif". Sejak dulu, semasa Prof. Dr. Benny Chatib mengelola Perpamsi, saya merasa "risih" dan sedih melihat kawan-kawan PDAM dan Perpamsi berkantor di kantor dulu. Masa’ kantor PDAM ada yang megah tapi ‘induknya’ seperti itu?
Mudah-mudahan rekan-rekan yang dulu pernah menerima beasiswa dari Perpamsi dan sekarang menjadi pejabat di PDAM mau juga menyisihkan laba PDAM-nya untuk Graha Perpamsi itu.
Selamat untuk Perpamsi. Selamat juga untuk kru Majalah Air Minum.
Gede H. Cahyana.
http://gedehace.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar