• L3
  • Email :
  • Search :

10 April 2006

Doa Itu Kuat

Muslim yang baik setiap saat selalu berdo’a. Tiada hari tanpa do’a. Dalam setiap usaha dan bisnis pun senantiasa berdo’a. Untuk memperoleh sesuatu kita perlu berdo’a (al-Baqarah: 186). Kata orang bijak bestari, usaha tanpa do’a adalah sombong dan do’a tanpa usaha adalah bohong. Do’a dan usaha (ikhtiar) adalah bagian dari kesetimbangan dan meliputi urusan dunia-akhirat. Do’a wajib hukumnya dan menjadi jiwa dan otaknya ibadah. Yang tidak berdoa alias tidak meminta kepada Allah dinilai sebagai orang sombong. Apalagi kalau meminta kepada selain Allah, niscaya jadi musyrik.

Dalam kehidupan ini, selalu saja ada keperluan yang ingin kita ujudkan. Do’a pun lantas kita panjatkan sebagai permohonan agar maksud dan tujuan itu tercapai. Sebetulnya, proses berdo’a itu pun sudah bernilai ibadah dan menjadi cermin keimanan. Maka, ada dua keuntungan orang yang berdoa, yaitu dapat pahala karena berdoa dan terkabul do’anya. Syaratnya, kita harus yakin do’a itu dikabul oleh Rabb semesta alam, sekaligus menghilangkan rasa putus asa. Terlebih lagi, Allah cinta pada orang-orang yang banyak berdo’a.

Dalam sejarah Islam, ada banyak kejadian yang mustahil bagi akal manusia tapi terjadi lantaran kekuatan doa. Perang Badar, misalnya. Pasukan kaum muslim 300 orang dan nyaris tanpa senjata. Sebaliknya kaum kafir tiga kali lipat lebih, sekitar 950 orang dan bersenjata lengkap. Logika kita, kaum kafirlah yang menang. Tapi, lantaran kekuatan do’a justru kaum muslimlah yang menang.

Semua doa kaum muslim pasti dikabulkan Allah asalkan dipenuhi syarat-syaratnya, begitu kata jumhur ulama. Dasarnya adalah firman Allah dalam surat al-Mukmin: 60, Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Kukabulkan bagimu. Jaminan tersebut diperkuat oleh sabda nabi, bahwa do’a seorang hamba takkan luput dari tiga hal: diampuni dosanya (tapi keinginannya tak dipenuhi), segera diberi kebaikan di dunia, atau pahalanya disimpan untuk akhirat (HR. Bukhari).

Do’a punya kaitan erat dengan qadha’ dan takdir Allah. Qadha’ atau keputusan Allah di zaman azali mengenai semua rencana yang akan diciptakan, bisa dibagi menjadi dua: mubram, yang sudah pasti dan tak mungkin diubah; dan mu’allaq, yang bisa diubah Allah karena suatu sebab, salah satunya karena do’a. Allah berfirman, Allah menghapus apa yang Ia kehendaki dan menetapkan apa yang Ia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab (induk kitab, yaitu lauhul mahfuzh. QS Ar-Ra’du: 39).

Bagaimana cara berdo’a? Ada adabnya dalam berdo’a. Dalam al-A’raf: 55-56 disebutkan bahwa kita harus merendahkan diri, dengan suara lembut, bersungguh-sungguh dan penuh harap. Lakukan setelah shalat (fardhu) dan pasca-Tahajjud. Termasuk di dalamnya ketika sujud. Yang patut dicatat, jangan buruk sangka kepada Allah ketika berdo’a dan upayakanlah khusyu’.

Apa pun maksud dan tujuan kita, mudah-mudahan dapat terkabul suatu saat kelak. Dan yang jauh lebih penting lagi, kita meraih nilai ibadah saat berdo’a. Ini pun sudah melegakan kita. Di akhirat, buah-buah do’a itu akan kita raih kembali. Dibayar tunai oleh Allah.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar